"Petualangan Hari Ketiga"
Bahasa dewa dengan nada memerintah itu lamat-lamat
terdengar disela-sela tidurku. ‘‘Dalat... Dalat... kongplengyuyengomengye
Dalat !’’ Oh, rupanya pemberitahuan bahwa bus sudah sampai Dalat, tepat Pukul
5 dini hari. Kami bertiga menjadi penumpang
terakhir yang turun dari bus dengan terkantuk-kantuk. Begitu menginjakkan kaki
di pelataran terminal, DAMN!! Aku salah kostum! Dingiiiiinnnn mameeeennnnn……
Sumpah celana pendek ini beneran sukses bikin sekujur paha sampai kaki
merinding disko! Salah sendiri sih kemarin pas packing nggak bawa jaket dan
celana panjang, padahal udah tau mau ke Dalat yang notabene daerah pegunungan
ini. Yah, maklumlah, aku kan
biasa backpacking dengan membawa baju seminim dan seringan mungkin. Paling
muales deh tuh bawa-bawa jeans, sweater, apalagi wind breaker jacket. Yasudahlah, akhirnya nikmati
saja dinginnya subuh di negeri antah berantah ini.
Kami langsung ditransfer dengan sebuah mobil minivan ke alamat hotel
Trung Nghia, yang merupakan hotel dibawah jaringan Phuong Trang Group. Sepanjang
perjalanan, aku melihat suasana sepi kota
kecil Dalat ini mirip seperti di Eropa. Jejeran rumah-rumah sebesar villa
bergaya Perancis berdiri manis disepanjang jalan yang naik turun. Dalat yang
merupakan ibukota provinsi Lam Dong ini, berdiri diatas kontur tanah yang
berbukit-bukit, dengan tata kota
yang rapi khas Eropa. Mengingat Dalat ini dulunya merupakan daerah elit tempat
tinggal para petinggi Perancis pada masa penjajahan Perancis atas Vietnam.
 |
suasana jalanan di Dalat, jauh dari kata 'ramai' :) |
Tiba di Trung Nghia Hotel yang masih tutup, kami disambut seorang
bapak tua penjaga hotel yang berbicara dengan bahasa dewa sambil
terkantuk-kantuk. Saat aku bilang “Sorry, we speak in English” si bapak ini
malah masuk kedalam membiarkan kami melongo bengong di lobby hotel. Kirain si
bapak mau lanjut tidur, ternyata dia memanggilkan seorang mbak-mbak yang ngerti
bahasa Inggris patah-patah (dangdut kali patah-patah! Hehe). Si mbak
resepsionis melayani kami dengan ramah. Kami singgah di hotel ini hanya untuk
transit beberapa jam sekalian mandi dan recharge hape. Tawar menawar tak
berlangsung lama. Kami mendapatkan kamar Twin Bed AC dan kamar mandi dalam
dengan harga VND 160.000 untuk transit hingga jam 9. Kami diantar ke lantai 2,
dan Voilaaa…. Kami dapat kamar dengan dua tempat tidur ukuran Queen dengan
kelambu! Kontan kami ngakak berbarengan dan langsung iseng foto-foto di tempat
tidur berkelambu biru itu. Hahaha…. Sumpah ini kamar nuansanya kuno banget,
mirip kayak kamar nenek di Jogja. Hihihi…. But it’s worthy lho, dengan AC, free
wifi, dan shower air panas, murah pula cuma seharga Rp.80.000 yang dibagi
bertiga.
 |
baru kali ini nemu hotel berkelambu begini :)) |
Selesai mandi dan siap-siap, kami turun ke lobby untuk beli tiket
bus ke HCM nanti malam, sekaligus menunggu jemputan city tour yang telah kami
booking kemarin di HCM. Sambil nunggu, kami jajan Bahn Mi yang mangkal nggak
jauh dari hotel. Bahn Mi nya lebih murah disini ketimbang di HCM. Cuma VND
10.000 saja, isinya daging ‘kau tau apa’, acar timun dan dedaunan, yang
belakangan malah repot aku cabutin daunnya karna rasanya yang ‘Walang Sangit’ banget.
Sengiiiirrrr….
Tunggu punya tunggu sampai jam 9 ternyata tour nya
nggak nongol juga. Mulai gelisah deh, sampai minta tolong ke resepsionisnya
untuk telpon ke Travel Agent di HCM itu. Dan ternyata,
terjadi kesalah pahaman antara kami dan si operator tour itu kemarin. Missunderstanding
ini terjadi karena kendala bahasa (sebut saja ini ‘adegan miskom ke-2’. Yang pertama adalah pas aku beli es kopi
susu kemarin. Hehe). Jadi kemarin kami sudah membooking
paket one day tour Dalat sehargaVND 936.000 untuk bertiga, dengan meeting point
di hotel Trung Nghia ini. Dan kami juga sudah menjelaskan ke tour operatornya
kalau kami tuh hanya transit doank di hotel ini. Tapi rupanya si ibu tour
operator itu mengira kami menginap di Trung Nghia. Dan semalam, ternyata si ibu
ngecek via telpon ke hotel, menanyakan apakah ada 3 tamu menginap dari Indonesia
yang telah membooking tournya. Ya jelas saja resepsionis menjawab tidak ada,
lha wong kami memang belum sampai di Dalat kan
malam itu, kami kan
baru tiba pagi harinya. Dan alhasil berdasarkan keterangan resepsionis itu, si
ibu operator menarik kesimpulan bahwa kami batal ikut tournya, makanya kami
tidak dijemput. Whoaaa….. kontan saja aku yang emosi labil ini marah-marah di
telpon, adu otot sama si ibu yang bicara Inggris patah-patah itu, perihal
refund biaya tour kami. Setelah adu argumen, akhirnya si ibu bersedia
mengembalikan biaya tour kami full sekembalinya kami ke HCM besok. Lega deh….
Eh, tapi trus gimana nasib kami ini? Masa nggak jadi keliling Dalat?
Untungnya mbak resepsionis hotel ini baik banget mau kasih
alternative tour keliling Dalat. Dia menyarankan kami untuk sewa mobil+sopir
untuk diantar ke tempat-tempat wisata di Dalat. Kami diminta menulis list
tujuan tempat wisata mana saja yang kami mau, kemudian dia menghitungkan
harganya untuk kami. Dan akhirnya terjadi kesepakatan harga di angka VND
885.000 yang sudah termasuk tiket masuk ke 8 tempat wisata. Sedikit lebih murah
dibanding tour yang kami booking dari HCM. Dan tentunya lebih private pula,
karena kami menyewa mobil+sopir khusus untuk kami bertiga, tidak dicampur
dengan peserta lain. Ini merupakan ‘Sengsara Membawa Nikmat’ dimana saat kami
kehilangan bookingan tour kami, namun kami malah dapat pengganti yang jauh
lebih baik. Yippieee…. \(^^,)/
 |
Crazy House entrance gate |
 |
salah satu bentuk 'aneh' di Crazy House |
Jam 9 lewat sedikit, datanglah sebuah mobil semacam mitzubishi kuda menjemput kami
dengan seorang sopir yang merangkap sebagai guide. Tujuan pertama di list kami
adalah Crazy House, sebuah rumah unik dengan arsitektur yang dramatis, tujuan
wisata wajib di Dalat
City. Bangunan di Crazy
House ini memiliki bentuk yang aneh, asimetris, unik, bahkan cenderung
menyeramkan. Selesai foto-foto disini, kami lanjut ke Robin Hill, sebuah puncak
bukit dimana kami melihat pemandangan seluruh kota Dalat dan bisa naik Cable Car
menyeberangi perbukitan pinus menuju destinasi berikutnya di Monastery Pagoda.
Untuk naik cable car ini, kami dikenakan biaya VND 50.000 (exclude harga paket
tour). Kamipun menikmati
hamparan hutan pinus dari dalam cable car di ketinggian beberapa ratus meter
selama 15 menit. Dalat memang indah dilihat dari atas sini !
 |
kota Dalat dilihat dari atas bukit Robin Hill |
 |
pemandangan hutan Dalat dari atas cable car |
Tak lama kami sudah tiba di destinasi berikutnya
yaitu Buddhist Monastery Pagoda. Guide kami yang belakangan diketahui bernama Ting itu
sudah menunggu kami di pintu masuk Pagoda. Kami tak
perlu lagi membayar entrance fee karena sudah include dalam harga paket. Di
Monastery Pagoda ini, banyak terdapat hamparan bunga. Suasana tamannya romantis
dengan kursi-kursi taman dibawah naungan pinus yang menghadap kearah birunya
danau dikejauhan. Oh… Memanglah pantas jika Dalat ini dijadikan kota tujuan wajib bagi
para honeymooners dan newly weds. Puas foto-foto, kami lanjut ke destinasi
berikutnya yang paling kami tunggu-tunggu, yaitu Datanla Waterfall.
 |
in front of Buddhist Monastery Pagoda |
 |
taman romantis yang menghadap ke Paradise Lake dan hutan pinus |
Kenapa kami sangat kepingin ke Datanla Waterfall? Karena menurut survey di internet, di
Datanla ini kita bisa menjajal adrenalin di trek mono roller coaster dari atas
bukit. Jadi disana kita bisa naik roller coaster perorangan yang bisa kita
kendalikan sendiri tingkat kecepatannya dengan tuas ditangan kita. Jadi, mau
ngebut atau pelan, terserah kita. Seru banget naik coaster ini, apalagi saat
ngebut diturunan curam dan tikungan tajam. Tak jarang kami saling menabrak
sambil jejeritan ! Hohohooo.... Air terjunnya sendiri sih biasa ya, masih
jauh lebih bagus air terjun di Indonesia pastinya. Namun pengalaman meluncur di
atas coaster itulah yang kami cari.
 |
single roller coaster |
 |
Datanla Waterfall |
Dari Datanla, kami menuruni bukit menuju Xuan Hong
Lake atau lebih dikenal dengan sebutan Paradise Lake, sebuah danau berair biru dengan latar belakang hutan pinus. Wow ! Bukan mau lebay, tapi sepintas beneran mirip seperti di New Zealand
lho.... It’s Amazing! Puas foto-foto tak terasa sudah jam makan siang. Kami
diantar ke pusat kota
Dalat, ke sebuah restoran yang entah apa namanya aku lupa. Ke'kere'an kami
terasa saat kami memelototi menu makanan yang harganya sih diatas kocek
backpacker kami. Akhirnya kami pesan nasi goreng, mie goreng, dan soup , tanpa
pesan minum. Hehe…. Ngirit judulnya!
 |
Xuan Hong Lake / Paradise Lake, bener2 bagus viewnya |
Selesai makan, lanjut lagi ke destinasi berikutnya yaitu Valley of Love. Sebuah lembah dengan danau cantik
dan taman bunga serta patung-patung yang melambangkan cinta. Tempat ini cocok
buat yang sedang berbulan madu atau kencan. Di bagian tengah taman, ada sebuah
kolam dengan besi berbentuk love besar dipinggirnya. Konon katanya, jika
pasangan kekasih memasang gembok di besi love itu dan membuang kuncinya kedalam
kolam, maka cinta mereka akan abadi dan langgeng. Percaya atau tidak? Hmm….
Monggo dicoba sendiri.
 |
hamparan bunga @ Valley of Love |
 |
indahnya Valley of Love |
 |
Besi tempat mengaitkan gembok cinta :D |
Tak jauh dari Valley of Love ini, kami mampir ke sebuah pusat kerajinan
bordir Vietnam,
atau yang sering disebut Vietnamese Embroidery. Di galeri X.O Embroidery Village ini, kita diajak
melihat proses pembuatan lukisan bordir yang indah. Bisa juga membeli hasil
sulam bordirnya. Namun jangan tanya berapa harganya, yang pasti jauh dari
jangkauan kantong backpacker kami. Kami cukup jalan-jalan didalam kompleks
galeri ini, lalu leyeh-leyeh di cafe menikmati es susu segar dan es kopi yang
maknyusss.... Iseng-iseng kami beli jajanan tradisional
semacam kerak telor dengan topping taburan daun bawang. Tapi rasanya masih
kalah jauh dari kerak telornya Betawi deeh…
 |
Halaman gallery X.O Embroidery Village |
 |
Bagian dalam gallery |
 |
susu vs kopi |
 |
Kerak telor a la Vietnam |
Dari X.O Embroidery, kami dimampirkan ke toko cemilan. Disini
menjual berbagai macam makanan khas Vietnam untuk oleh-oleh. Mulai dari
berbagai manisan, keripik, sampai yang paling terkenal adalah Wine Vang Dalat.
Baik Red maupun White Wine, dijual dengan harga hanya VND120.000 saja, alias
Rp.60.000 per botol! Muraaahhh sekaliiii…. Tapi sayaaaaang, kemasannya nggak
proper buat dibawa ke Indo. Tidak ada kotak maupun kemasan yang aman buat masuk
bagasi pesawat. Akhirnya Cuma beli sebotol saja, dengan asumsi bisa dicover pakai
gulungan baju, handuk, dan sweater saat dimasukkan ke koper nanti.
 |
Flower Swan |
 |
Flower Park Gate |
Lanjut lagi menuju Dalat Flower Park,
sebuah taman bunga terbesar di kota
Dalat. Dengan pintu gerbang besar berupa tanaman yang melengkung, kami langsung
disambut dengan hamparan bunga-bunga, dengan berbagai karangan bunga berbentuk
binatang yang cantik. Dalat memang terkenal dengan sebutan Kota Bunga, dan
merupakan kota pemasok bunga di pasar Vietnam. Maka
tak heran jika di Dalat ini, banyak sekali terdapat taman bunga, dengan
berbagai macam jenis bunga.
 |
bendera Vietnam pun dibentuk dari bunga |
 |
mau pamer hasil jepretan nya Canon :p |
 |
diantara bunga-bunga :)) |
Sampai di Cho Dalat, kami berpisah dengan Ting si sopir guide kami,
karena tugasnya mengantar kami sudah selesai. Begitu turun dari mobil, walaaahhhh…… sepanjang
paha-betis-kaki merinding! Duinginnya beneran melebihi
Lembang deh. Di pasar tradisional ini, kami hanya keliling sebentar, karena
sebagian besar kios sudah tutup. Sempat nanya-nanya harga wine juga, yang
ternyata malah lebih murah di pasar ini ketimbang di toko yang tadi. Di pasar
ini, banyak dijual pakaian musim dingin, atau mungkin karena Dalat selalu
dingin sepanjang tahun kali ya, makanya baju-baju yang dijual pun nggak
jauh-jauh dari sweater, jaket, winter coat, kupluk, dll. Dan aku perhatikan,
warga Dalat ini khususnya yang cewek-cewek, berpakaian cukup modis lho! Ala ala di Eropa gitu
deh, pakai jeans yang dicombine dengan long coat plus asesoris syal dan ear
band. Wow... eye catching juga ternyata penampilan mereka.
Niatnya, dipasar ini kami mau cari susu sapi segar yang dihidangkan
hangat-hangat gitu, kan
lumayan bisa menghangatkan kaki yang sudah hampir beku ini. Tapi ternyata
setelah cari mencari, nggak ketemu juga tuh tukang susu, kami malah jajan
kue-kue pastry di salah satu toko kue disana, kemudian makan Com Tam Binh Dan
lagi (aku sih nggak pernah bosan makan ini). Nah pas di warung nasi inilah
terjadi ‘adegan miskom’ yang ke-3. Saat temanku minta air putih ke bapak yang
jaga warung, dia bilang “Water please”, yang keluar malah soft drink. Trus
diralat deh, “We want mineral water sir”, eh yang keluar malah air putih
berkarbonasi alias sparkling water. Haiyaaah, yasudahlah minum saja daripada
dikasih air keran dikobokan. Hahaha….
Malam itu kami kembali ke Trung Nghia Hotel, karena disanalah
nantinya kami akan dijemput untuk kembali ke HCM. Berbekal peta ditangan, kami
menyusuri jalanan menuju Phan Dinh
Phung street, tempat hotel itu berada. Jalan kaki
sih nggak pernah jadi masalah buatku, tapi udara dinginnya ini lho…. Ditambah
lagi aku yang saltum habis-habisan dengan celana pendek dan t-shirt, sukses
bikin menggigil sepanjang jalan. Lucu aja gitu, semua orang di Dalat pakai baju
panjang tertutup jaket tebal, aku malah dengan cueknya jalan dengan baju kurang
bahan ini. Hadeeeh…. Orang sih pasti mengira aku ini sinting kali ya!
 |
jejeran butik di Phan Dinh Phung street |
Sepanjang perjalanan itu, aku perhatikan banyak muda-mudi yang sadar fashion. Anak muda disana cukup oke cara berpakaiannya, mirip-mirip Korean style gitu. bahkan aku juga melihat serombongan cowok-cowok abege yang belanja baju di butik (catet: Butik lho ya, bukan toko). Wah, berarti kan mereka memang sadar fashion sekali sampai belanja pun bukan di Cho Dalat tadi, melainkan di butik-butik yang banyak berjejer di jalanan Dalat ini.
Sampai hotel jam 9 malam, kami langsung rebutan colokan buat
ngecharge hape masing-masing. Sambil tunggu jemputan, kami asyik wifi-an dan
goler-goler di sofa lobby hotel. Sempat tidur juga sih sebentar, sampai
jemputan tiba jam 10.30 dan mengantarkan kami ke terminal. Dinginnya udara malam Dalat kembali mengantarku
menikmati tidur bergoyang didalam sleeper bus Phuong Trang, dengan pemandangan
hutan pinus berkabut di sepanjang jalan berkelok yang menurun curam itu. Hmmm….
Dalat, ingin rasanya aku kembali datang dan tinggal lebih lama disana, untuk
menikmati indahnya pegunungan dingin dan ramahnya penduduk desa. Semoga suatu
hari nanti aku bisa kembali lagi ke Dalat, untuk honeymoon tentunya! Hehe…. (to
be continue…)
 |
daftar harga tiket bus Phuong Trang |
Wah sist keren bgt, pengalamannya sngat membantu untuk trip saya ke dalat.. setelah dari dalat saya berencan ke mu nie. Ada gk bus nya sist?
ReplyDeleteThanks sist
halo kak, boleh tau contact supir tournya ? bs tlg d email ke imelda_lawrensha@yahoo.com , terimakasih kak :)
ReplyDelete