"Petualangan Hari Pertama"
Sore itu aku
kembali menyandang ransel kesayanganku menyusuri pintu imigrasi di Bandara
Internasional Soekarno-Hatta. Kemanakah kali ini tujuan petualanganku? Hmm…
aroma kopi mewakili imajinasiku saat mata ini tertumbuk pada layar laptop
dengan tulisan “BIG SALE” berwarna merah, setahun yang lalu. Ya, kopi Vietnam
lah yang melintas di kepalaku. Dan dengan lincahnya tangan ini memainkan kursor
hingga ter-klik tombol “submit payment” route CGK-HCM. Hehe… satu lagi
petualangan telah menantiku!
Suasana didalam
pesawat jurusan Jakarta-Ho Chi Minh sore itu penuh. Hanya tersisa dua tiga seat
kosong didalamnya. Banyak diantara para penumpang tersebut yang penampakannya
mirip ras indo-china, namun tidak berbicara menggunakan bahasa mandarin,
melainkan bahasa dewa yang aku sendiri pun pusing mendengarnya. Haha…. Aku
mengambil tempat dudukku didekat jendela. Tapi, yaaahhh…. Sayap pesawat! Entah
kenapa setiap kali naik maskapai low cost carrier ini, aku selalu kebagian di
deretan sayap pesawat. Gagal deh rencana mau hunting foto awan-awan Stratus dan
Cumulus di udara.
Pukul setengah
delapan, pesawat bersiap-siap untuk landing di Bandara Internasional Tan Son
Naht. Aku pun membuka penutup jendela disampingku. Dan tahukah pemandangan apa
yang aku lihat dibawahku? Sebuah daratan dengan berjuta-juta kerlip lampu yang
menguning, bagai kerumunan kunang-kunang yang tak terhitung jumlahnya! WOW…. Terpana aku menatap kemerlap malam
kota Ho Chi Minh dari atas sini. Kota
yang semula aku anggap tidak lebih menarik dari Jakarta
itu ternyata serupa dengan New York
– The City of Lights! Cuma bedanya di HCM tidak banyak skyscraper, melainkan
banyak toko-toko dengan lampu billboard dan iklan warna-warni.
| Ho Chi Minh - The City of Light |
Tidak ada
perbedaan waktu antara HCM dengan Jakarta,
begitupun suhu udaranya. Setelah melalui pemeriksaan imigrasi, aku langsung
mencari booth taxi Vinasun di area sebelah kiri setelah pintu keluar. Setelah
membooking taxi, aku pun diantar ke sebuah taxi sejenis kijang atau avanza,
bercat putih dengan tulisan Vinasun. Dari berbagai sumber informasi yang aku
dapatkan, ada dua macam taxi berargo meter yang terpercaya di HCM, yaitu
Vinasun dan Mailinh. Jika Vinasun berwarna putih, Mailinh berwarna hijau-kuning.
Sangat mudah mendapatkan kedua jenis taxi ini di HCM. Selain kedua merk tersebut,
taxi lain tidak dapat dijamin keakuratan argo meternya.
Si kijang
Vinasun pun meluncur membelah The City of Light. Sepanjang jalan aku
memperhatikan, toko-toko dan butik berjejer di kanan kiri jalan, dengan lampu
dan papan iklan yang benderang. Aku sampai bertanya-tanya, se-fashionable
apakah warga Vietnam
ini? Sampai-sampai jumlah toko baju dan butiknya mampu membuat kota ini meriah di malam
hari. Hehe…
Aku diantar ke
alamat hostel yang sudah aku booking di daerah pusat backpacker, Pham Ngu Lao.
Tidak susah menemukan My My Art Hostel ini didalam gang-gang sempit di Pham Ngu
Lao. Aku mendapatkan kamar Standard Double Bed with Extra Bed hanya seharga USD22.50
saja, atau setara dengan Rp.202.500. Itupun dibagi 3, karena aku pergi bertiga
dengan teman-temanku, sehingga per orang hanya sekitar Rp.67.500 saja. Cukup
murah bukan? Bagaimana dengan fasilitasnya? Kamar ini lumayan besar dengan
kamar mandi didalam, AC, kulkas, tv kabel, dan balkon.
| Kamar di My My Arthouse |
| Kamar mandinya bersih banget |
Malam itu aku
menyusuri area Pham Ngu Lao, mulai dari De Tham Street, Bui Vien Street, hingga
gang-gang kecil (sering disebut alleys) disekitarnya. Pertama-tama, mencari
money changer dengan rate yang bagus. Kemudian menukarkan selembar 100 dolarku
dengan 2juta Vietnam Dong (VND). Woww… mendadak kaya di Negara Paman Ho ini!
Hehe… Next, keluar masuk travel agent di sepanjang jalan De Tham untuk survey
harga paket tour ke Cu Chi Tunnel, tiket bus ke Dalat, dan paket tour di Dalat.
Setelah pilah-pilih, akhirnya aku memutuskan untuk ikut Half Day Tour to Cu Chi
Tunnel seharga 4 dolar saja (exclude tiket masuk Cu Chi). Ini harga paket
termurah yang aku dapatkan di hostel tempatku menginap. Kemudian aku pun
membeli tiket bus malam untuk perjalanan ke Dalat besok malam. Berdasarkan
hasil survey, kami memilih Phuong Trang Bus karena termasuk yang paling oke
fasilitasnya. Kami bertiga memilih tipe Sleeper Bus, yaitu bus malam dengan
tempat tidur, sehingga kami bisa tidur selonjoran sepanjang malam. Yang
terakhir, kami membooking paket One Day Tour Dalat. Berhubung tidak ada satupun
dari kami yang familiar dengan kota
Dalat ini, maka kami memutuskan menggunakan jasa tour saja demi amannya. Oiya,
just for info, Dalat adalah sebuah Provinsi di sebelah utara HCM. Jaraknya +/-
300km dari HCM, dengan suasana pegunungan dan suhu menggigit tulang.
| Go Go Bars di Bui Vien Street |
Setelah beres
urusan tour dan bus untuk 2 hari kedepan, aku melanjutkan langkah menyusuri
area backpacker itu. Mirip-mirip seperti kawasan Khaosan Road di Thailand,
jalanan ini pun penuh dengan Go-go Bars yang berderet dan dipenuhi bule-bule
yang asyik nge-beer. Tapi bukan beer yang aku cari, melainkan makanan khas Vietnam;
Bahn Mi. Hmm… nyam! Bahn Mi adalah sandwich yang terbuat dari roti Baguette
yang ditengahnya diisi sosis/daging/isian lain sesuai selera, dengan
ditambahkan acar, sayur2an, dan saus. Harga nya hanya VND15.000 (Rp.7.500) Rasanya?
Kering, gurih, dan… nyam!!! (duh, ngiler nih bayanginnya! Hehe). Selesai
melahap Bahn Mi, perut belum juga anteng. Aku pun mendatangi sebuah warung
makan tradisional dengan jejeran kursi kecil (semacam dingklik plastik) didepannya.
Di Vietnam jarang tertera tulisan latin yang bisa dimengerti, rata-rata
menggunakan bahasa Vietnam,
termasuk dalam jajaran menu makanan. Tertera dengan tulisan besar “Com Tam Binh
Dan”. Berbekal buku panduan jalan-jalan hemat Vietnam, aku mengartikan nya
menjadi “Nasi Campur Daging”. Jangan Tanya daging apa, karena di Vietnam
ini sangat susah sekali mendapatkan makanan Halal. Merem mata saja deh,
tuntutan perut lapar, akupun memesan satu porsi lengkap Com Tam Binh Dan.
Isinya ternyata nasi, daging panggang, telor ceplok, acar, dan sayur mayur
semacam urap. Rasanya? WOW… Mantap dan mengenyangkan! Harganya? Hanya VND30.000
saja (Rp.15.000)
| Com Tam Binh Dan (Nasi campur daging panggang) Nyamm!!! |
| Bahn Mi |
Penasaran, kami
pun melanjutkan perjalanan dengan menyusuri gang-gang kecil di Bui Vien Street. Dengan asumsi
gang-gang tersebut nantinya akan tembus ke Pham Ngu Lao Street, tempat hostel kami
berada. Sepanjang alleys, aku melewati jajaran hostel, guesthouse, dan room for
rent. Suasana kental backpacker memang.
| Tak lupa selalu mencatat pengeluaran pribadi maupun pengeluaran bersama :) |
No comments:
Post a Comment