Friday, October 31, 2014

Halloween Excitement

Tinggal di benua Eropa, yang notabene kehidupan dan budayanya berbeda dengan tanah kelahiran Indonesia, tentu membuat saya merasakan berbagai pengalaman baru yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Seperti contohnya budaya perayaan Halloween yang jatuh setiap tanggal 31 Oktober.

Seperti kita tahu, di Indonesia tidak ada budaya merayakan Halloween dengan pesta kostum maupun ritual 'Trick or Treat' door-to-door. Ya, karena memang budaya Halloween ini lahir di Eropa, bukan di Asia. Itulah sebabnya kita di Asia kurang familiar dengan budaya ini, kecuali di kota besar yang biasanya menerapkan tema Halloween dalam dekorasi mall atau cafe tertentu. Namun tetap, tidak ada ritual bagi-bagi permen ataupun memahat labu (pumpkin) menjadi Jack-o-Lantern.

Halloween = Pumpkin everywhere

Makanya, begitu hijrah ke Eropa saya sangat excited menyambut Halloween tiba. Minggu pertama Oktober, sudah tercium aroma Halloween di toko-toko mainan. Beragam dekorasi unik dan kostum hantu ramai mewarnai pasaran. Labu-labu kuning pun mulai sale di supermarket, siap untuk dihias maupun dibikin sup labu khas musim gugur. Sungguh, suasana kemeriahan Halloween sangat terasa disini!

Pumpkin sale!!

Ritual menghias pumpkin

Taraaa.... Jack-o-Lantern hasil karya pahatan tangan saya! :D

Sehari menjelang Halloween tiba, anak-anak sudah ramai membicarakan kostum apa yang akan mereka pakai keesokan harinya. Sekolah pun menyelipkan beberapa tema Halloween dalam kegiatan belajar mengajar, seperti dalam prakarya maupun seni drama. Para orang tua mulai sibuk mengukir dan menghias labu, membeli diskon terakhir kostum hantu untuk anak mereka, serta menghias teras dan pintu rumah dengan sarang laba-laba palsu, lentera labu, jerami, dan lilin-lilin orange. Toko-toko mainan mulai menggelar sale besar-besaran untuk pernak-pernik Halloween. Supermarket menggelar sale untuk Labu kuning dan juga permen. Kesibukan menjelang Halloween sungguh membuat saya ikut-ikutan bersemangat, meski saya tidak ikutan keliling door-to-door membawa baki sambil teriak "Trick or Treat" untuk mendapat permen atau coklat. :)

Halloween candy yang siap dibagi-bagikan ke setiap pengunjung


Tiba hari H nya, anak-anak sepulang sekolah mulai heboh seolah memiliki 200% energi dalam tubuh mereka. Makan malam dengan menu sup labu serta dessert enak berupa pumpkin cake pun sudah bukan menjadi hal utama saat sore tiba. Yang ada di pikiran mereka hanyalah segera berganti kostum, mengecat wajah seseram mungkin, menenteng tas atau keranjang, dan keliling ke rumah-rumah tetangga untuk mengumpulkan permen. Saya sebagai orang dewasa, tugasnya ya mendandani si kecil seunik mungkin dan menggambari wajah mereka ala Dracula atau Nenek Sihir, sebelum mereka menggelinding keliling komplek. Oiya, satu lagi tugas para orang dewasa saat malam Halloween adalah membuka pintu dan menyodorkan baki penuh permen pada setiap anak yang datang ke rumah. Lumayan capek juga puluhan kali bolak-balik membuka pintu, tapi sebanding dengan keceriaan yang saya dapatkan saat melihat berbagai macam rupa anak-anak berkostum hantu dengan wajah lucu berpoleskan make up seram itu. Duh, menggemaskan sekali lho mereka ini.... :)

hasil dandanan saya! hahaha :D Lumayan lah...

sampe kapak pun nancep di kepala?! :))

Trick or Treaaaattttt......!!! (rebutan permen) :D


Lalu, apakah Halloween hanya berlaku bagi anak-anak saja? Ooooh, tentu tidaaaak.... Orang dewasa pun berhak bersenang-senang saat Halloween. Jika anak-anak merayakan Halloween dengan keliling ber-Trick-or-Treat, maka orang dewasa biasanya pergi ke pesta kostum. Jalanan serta bar-bar di kota ramai oleh berbagai bentuk manusia mulai dari yang berpakaian hantu seram, cosplay, sampai yang konyol dan aneh. Saya pun tak mau ketinggalan. Tiap tahun, saya ikut bersemangat mencari ide untuk ikut pesta kostum, membeli pernah-pernik Halloween, serta berpartisipasi merayakan hari hantu sedunia itu! Ah... seandainya Halloween di Indonesia juga dirayakan semeriah disini... Pasti banyak 'hantu beneran' macam si mbak Kunti dan mas Pocong yang ikutan nongol di depan pintu untuk minta permen! Hahaha... :))

A Witch from Hogsmeade! (Halloween 2012)

Sorrow Ghost! (Halloween 2013)

Teman saya ini ceritanya dandan ala Werewolf :))

A Pirate Girl (Halloween 2014) :D *cantik* hihi :p

Pesta kostum :)

Happy Halloweeeeennnnnn!!!!
Halloween ala Indonesia :)))) hihihi (photo credit from Google)

NB: Tadinya mau upload foto 'hantu beneran' instead of foto duo SPG film Pocong vs Kuntilanak di atas. Tapiiiii..... pas lagi googling, eh taunya muncul foto2 pocong beneran dan kunti beneran yang langsung spontan bikin merinding disko!! Dan saat saya menulis ini, jam menunjukkan pukul 00.30 tengah malam waktu Copenhagen, saya di rumah sendirian, duduk di ruang makan yang jendela nya menghadap ke kebun belakang rumah. Dan.... mendadak ruangan yang semula hangat tiba-tiba menjadi dingin, seolah para 'oknum dunia lain' yang wajahnya tadi bermunculan di laman pencarian Google kini turut bergabung dengan saya di ruang makan ini untuk merayakan Halloween.... DANGGGGGG!!! (-____-")

Saturday, October 25, 2014

Lucky I'm in love with... Nature!

Pagi ini, saya bangun pagi meski ini hari Sabtu yang artinya hari libur. Karena saya sudah berencana akan berburu kabut dan sunrise di hutan. Namun, hujan mengguyur Copenhagen dan tak kunjung berhenti juga. Sambil memangku laptop di kasur, ingatan saya terlempar ke sebuah tempat yang saya rindukan... Indonesia!

Bahagia nya saat nyemplung ke sungai nan jernih...

Negara kepulauan, dengan 18.307 pulau, yang terdiri dari 5 pulau utama, dan ribuan pulau eksotis lainnya. Indonesia, dengan bangga saya menyebutnya sebagai tanah kelahiran dan tempat saya dibesarkan ditengah keindahan alamnya, baik hutan pegunungan maupun pantai lautnya. 

Lahir di sebuah desa kecil, di provinsi ujung timur pulau Sumatera, provinsi Lampung. Saya yang berdarah Jogja, wong Jowo asli, dahulu seringkali menyesalkan mengapa saya harus lahir di Lampung, kenapa bukan di Jogja saja? Kan akan terdengar lebih keren jika saya menyebut Jogja sebagai tanah kelahiran saya. Namun yah, saat orok dalam perut mana bisa saya request ke orang tua saya untuk beli tiket bus ke Jogja dan lahir disana. Haha... Dan jadilah saya lahir dan besar di tempat dimana Bapak saya bertugas sebagai PNS kala itu.

Desaku yang ku cinta... (doc. 2010)

Rumah orang tua tempat saya tumbuh di masa kecil, terletak di sebuah desa, tak jauh dari pegunungan, di Lampung bagaian utara. Seperti layaknya desa pada umumnya, jalanan batu berdebu serta hamparan sawah dan ladang sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Jika anak-anak di kota sangat antusias melihat sapi dan kambing hanya saat hari raya Idul Adha, saya bisa melihat mereka setiap hari lalu lalang lewat jalanan depan rumah. Jika anak-anak di kota harus ikut field trip dulu untuk bisa merasakan berinteraksi langsung dengan sawah atau sungai, saya dengan mudah bisa tinggal nyemplung ke sawah atau sungai mana yang saya mau di sekitar rumah. 

Ada air terjun sekitar 5km dari rumah, yang semasa kecil merupakan tempat berpetualang paling mengasyikkan sekaligus mendebarkan buat saya. Dari desa terakhir di kaki gunung, saya harus berjalan kaki sekitar 2km untuk bisa mencapai air terjun itu. Menyusuri aliran sungai bergemericik deras, menapaki jalan setapak berbatu yang kadang terputus oleh aliran sungai kecil atau tunggul kayu mati, mendaki lereng dengan kemiringan yang lumayan bikin jantung deg-degan saat saya masih kecil dulu, berjumpa dengan beberapa siamang hitam di puncak-puncak pohon tinggi (jika beruntung), bahkan saya pernah melihat seekor dua ekor rusa sedang minum dari air kolam di air terjun. Ya pengalaman masa kecil menjelajahi alam sekitar desa itu membuat saya selalu berimajinasi untuk menjelajahi hutan-hutan lain yang lebih luas dan bahkan yang seperti terlihat dalam film-film asing yang saya tonton. Saya pun melabeli diri saya dengan sebutan "anak hutan".

Air Terjun Klawas, Desa Subik. Kotabumi, Lampung Utara.

Tempat petualangan semasa kecil (doc. 2010)

Beranjak ke masa remaja, saya tidak lagi tinggal di desa tempat saya dilahirkan. Semasa SMP saya tinggal di kota kabupaten, yang notabene tidak ada alam yang bisa dijelajahi di sekitar saya. Dan sepertinya naluri 'ke-hutan-an' saya pun luntur. Saat SMA saya tinggal di pusat kota Bandar Lampung, yang terletak dekat pesisir pantai. Kesempatan untuk menjelajahi alam pun datang kembali. Namun kali ini lebih banyak ke area pesisir pantai, keluar masuk pantai tak bernama, mulai dari yang masih bersih tak terjamah hingga yang penuh sesak dengan manusia dan... sampah! Duh, miris melihatnya... Saat sedang menikmati damainya tiupan angin pantai dengan kaki diselonjorkan kedalam ombak, tiba-tiba ada bungkus kacang terbawa ombak yang nyangkut ke jempol kaki! :(

Menjelajah alam menuju air terjun (doc. 2010)


Saat tiba acara Orientasi Ekstra Kurikuler, saya sangat bersemangat sampai tidak bisa tidur memikirkannya. Kenapa? Karena itulah kesempatan saya bisa kembali ke alam hijau, tidur dibawah tenda, dan menjelajahi sungai serta pepohonan disekitar bumi perkemahan. Acara orientasi (atau perploncoan, jaman dulu disebutnya) dilakukan malam hari, dan inaugurasi atau pelantikan anggota baru dilakukan keesokan harinya. Sangat seru saat jadi senior, baik di tahun kedua maupun tahun ketiga, karena bisa ngerjain junior. hehehe.... 

Sedikit intermezzo akan kegiatan ekskul semasa SMA:
Kecintaan saya pada alam, tidak lantas membuat saya bergabung dalam ekskul Pecinta Alam, yang para anggotanya terihat keren dengan style 'anak gunung' mereka. Saya memang kagum dengan anak-anak 'PA' tersebut, namun saya memutuskan untuk bergabung di Kelompok Ilmiah Remaja (science club) dan Tae Kwon Do. Lho, kenapa? Apakah saya tergolong anak intelek? No no no... tidak. Saya bukan tergolong anak dengan nilai A dalam ilmu pengetahuan alam seperti Fisika, Kimia, maupun Biologi. Saya bahkan anak jurusan IPS semasa SMA. Namun rasa penasaran tingkat tinggi akan klasifikasi tumbuhan, rentang galaksi dan hal-hal outerspace, serta keunikan partikel kimia, membuat saya sangat cinta pada ekskul KIR itu. Dan kenapa Tae Kwon Do, bukannya basket atau olahraga populer 'perempuan' lainnya? Hmmm... Jujur dulu saya tertarik ikut TKD karena (biasalaaahhh...) kesemsem sama salah satu anggotanya. Hahaha (ketauan deeeh....) Tapi itu hanya awalnya, karena setelah saya menekuninya, saya jatuh cinta pada seni bela diri itu sendiri, bukan kepada orang-orangnya. Dan sejak kecil memang saya kepengen banget bisa tendang-tendangan ala jagoan pembela kebenaran. Dan salah satu film Indonesia masa kecil favorit saya adalah 'Jacklyn'. Entah apakah kalian juga masih ingat serial film action ini.

Hobby sejak SMA :)

saat berarung jeram di Jawa Barat (2009)

Beranjak dewasa di ibukota Jakarta, saya masih suka sekali dengan pantai maupun pegunungan. Hasrat itu sering saya tuntaskan dengan mengunjungi pantai sekitaran Jakarta, dan juga daerah puncak serta kaki gunung Salak dan Gede. Aktifitas pun melebar, dari yang semula cuma senang main-main di pinggir pantai, kini mulai doyan berenang dan snorkeling dari pulau ke pulau. Mulai dari Kepulauan Seribu hingga Karimun Jawa, bahkan Phi-Phi island di Thailand. Intensitas ke pantai yang belakangan jauh lebih tinggi dari ke gunung, membuat saya akhirnya melabeli diri saya sebagai 'anak pantai'.

Kaki gunung Gede Pangrango (doc. 2011)

Menikmati bawah laut Karimun Jawa (2012)

Sepertinya saya ini seorang pecinta alam yang masih labil. Terlihat dari bagaimana saya menyebut atau melabeli diri saya hanya based on dari apa yang sering saya lakukan. Haha... Tapi itu dulu...
Sekarang saya sadar, mau 'anak hutan' kek, atau 'anak pantai' kek, nggak penting. Karena saya cinta keduanya! Dan saya tak bisa hidup tanpa keduanya.

Saat saya hijrah ke Eropa pada 2012 silam, naluri pantai membuat saya berhasrat mengunjungi sebuah pantai di Belanda, pantai Scheveningen. Namun impian saya melihat pasir putih dan laut biru dikandaskan oleh hamparan pasir abu-abu dan laut kelabu. Meh! Saya pun tak pernah lagi menikmati pantai atau laut yang sesungguhnya selama dua tahun. Sampai akhirnya saya menjejakkan kaki di Yunani pada musim panas 2014, dimana saya bisa merasakan pantai yang sesungguhnya. Namun indahnya alam di Eropa, menarik saya masuk blusuk'an ke daerah countryside, dengan hamparan rumput hijau serta hutan-hutan empat musimnya. Keindahan hutan Eropa yang selalu berganti rupa mengikuti musim, membuat saya betah dan tak bosan untuk blusuk'an didalamnya. Berburu kabut ataupun sunrise, mampu membangunkan saya pagi-pagi hanya untuk bersepeda menembus dinginnya suhu Scandinavia, menuju hutan dan padang rumput indah menawan hati.

Blusuk'an di Hareskov Forest - Denmark (Oct 2014)

Canoeing di Danau Bled - Slovenia (Juli 2014)

Jadi, dengan hobi baru saya yang senang keluyuran ke hutan, apakah saya akan kembali melabeli diri dengan sebutan 'anak hutan'? Hohoho... tentu tidak... Saya sekarang sudah bukan remaja labil lagi, namun sudah cukup dewasa dalam menilai diri saya sendiri. Meski saya bukan tergolong anak pecinta alam ekstrim, yang kerjaan nya kemping melulu atau naik gunung melulu, atau bahkan diving melulu (kalau yang terakhir ini sih jujur saya juga pengen hehehe), namun saya tahu bahwa saya sangat mencintai alam ciptaan Tuhan di muka bumi ini. Dan selama saya masih hidup dan bernafas, ingin sekali rasanya melihat keindahan alam di seluruh penjuru bumi, tentu tak lupa juga menjaga kelestariannya.

"Take nothing but picture, Leave nothing but footprint, Kill nothing but time, Burn nothing but spirit."

Salam Lestari!!!

Mencari Wild Berries di hutan. Belgia (Juli 2013)

Hareskov, Denmark (2014)

Hamparan Canola. Nivå, Denmark. (April 2014)

Padang rumput Farum - Denmark. (2014)

Hareskov - Denmark (Oct 2014)

Plitvice - Croatia. (2014)
Leyeh-leyeh makan siang di hutan

Padang rumput berkabut di Kalvebold, Denmark. (2014)

Makhluk hutan di Charlottenlund - Denmark. (2014)

Red Beach. Pulau Santorini, Yunani. (Juli 2014)

Plitvice Lake - Croatia. (abaikan tampang lecek saya hehe)

Sunday, October 12, 2014

A Lil' Step to... Krakow - Poland

Polski Bus perlahan bergerak keluar lapangan parkir terminal Wilanowska - Warsaw, menuju ke arah barat Poland. Bus ini yang akan membawa saya ke kota selanjutnya - Krakow - yang merupakan kota terbesar kedua di Poland setelah Warsaw. Perjalanan memakan waktu 5 jam, dengan satu kali berhenti di kota Kielce untuk menaikkan penumpang dan berganti sopir. Bus ini sangat nyaman dengan fasilitas penunjang seperti electricity plug dan juga wifi. Jadi sepanjang perjalanan bisa online dan gak mati gaya deh! Hehe... Perjalanan selama 5 jam terasa begitu cepat berlalu dan tibalah saya di kota Krakow yang dulunya pernah menjadi Ibu Kota Poland sebelum akhirnya dipindahkan ke Warsaw.


Pemandangan jalanan berkabut menuju Krakow

Keluar dari bus, saya masuk ke lobby terminal Krakow Główny bermaksud mencari tahu jadwal keberangkatan minibus tujuan Auschwitz untuk esok hari. Sempat celingak celinguk memperhatikan papan pengumuman besar yang tertempel di belakang deretan bangku ruang tunggu. Saya mencari tulisan Auschwitz tapi gak ketemu. Lalu akhirnya saya ingat pernah diberi tahu teman, bahwa di Poland, Auschwitz (yang notabene bahasa Jerman) disebut dengan Oświęcim (dalam bahasa Polish). Oke, here it is! Saya pun menemukan jadwal ke Oświęcim tersebut besok paling pagi jam 07:10. Baiklah, catat! Sekarang waktunya mencari jalan menuju ke One World Hostel, sebuah hostel rekomendasi teman, yang katanya murah dan memuaskan. Saya sudah membooking hostel ini sejak seminggu yang lalu, dan sudah menghafalkan rute jalannya di kepala. Akhirnya dengan mudah saya bisa menemukan hostel tersebut di jalan Westerplatte, tinggal jalan lurus dari Mall Galeria Krakowska ke arah Old Town.

Saya menempati kamar Mix Dorm 12 beds seharga €6/malam plus free breakfast. Saya suka dengan hostel ini, karena disini saya mendapat banyak teman baru. Fasilitas pun lengkap. Mulai dari free breakfast, free internet (wifi & pc), living room, kitchen, laundry, dan resepsionis yang ramah serta helpful. Selama saya tinggal disini, saya sering masak dinner dan sharing ke sesama penghuni hostel. Dari situlah akhirnya terjalin pertemanan baru. You know what? Start everything with a food, and let the tummy involves heart and mind! Intinya, kalau perut kenyang hati pun senang dan pikiran tenang, suasana jd relax dan lebih akrab satu sama lain. Rata-rata teman-teman baru yang saya dapat di hostel ini pada bilang "Kamu jago masak ya! Masakannya enak. Besok gantian aku yg traktir kamu minum deh". Hehe... Padahal saya cuma masak sop, tumis wortel, sama ayam lada paprika. Menu sederhana yang mampu mencairkan suasana :)

Malam itu juga setelah late check in di hostel (jam 21:15) saya langsung buru-buru ke daerah Old Town, mencari sebuah restaurant bernama Yellow Dog. Sepintas, mungkin orang akan berpikir tentang Hot Dog saat mendengar nama restaurant ini. Namun ini bukanlah kios Hot Dog ataupun fast food lainnya, melainkan sebuah restaurant yang menyediakan menu Asia termasuk Rendang! Nah, berbulan-bulan rindu masakan Indonesia, membuat saya bergegas bahkan hampir berlari mencari si Yellow Dog ini. Bukan hanya karena saking sudah lapar, namun mengingat jam tutup resto ini hanya sampai jam 10 malam. Sampai di Yellow Dog, saya masih diperbolehkan memesan makanan sebagai last order malam itu (setelah saya jelaskan - sambil ngos ngosan - bahwa saya jauh-jauh datang dari Copenhagen untuk mencoba rendang nya Yellow Dog), maka sambil tersenyum senang (atau bangga) si mas pelayan resto pun mempersilahkan saya duduk dan memesan makanan. Saya pesan nasi putih, seporsi rendang, dan segelas chamomile & fruit compote. Total seharga 55zł alias €13, tergolong kategori mid range sih harganya. Rasa rendang nya sendiri pun sebenarnya jauh banget dari rasa Rendang khas Indonesia. Rendang Yellow Dog tidak memakai santan kental dan bumbu cabai, melainkan pakai Lada hitam. Jadi pedas nya itu pedas lada, pokoknya jauh deh dari citarasa rendang yang ada dalam bayangan saya saat masuk ke resto ini. Sedikit kecewa sih karena hasrat makan rendang saya terpatahkan oleh daging kecoklatan rasa lada itu. Hehe... Tapi okelah, at least sudah pernah menjajal seperti apa rasanya resto Yellow Dog hasil rekomendasi salah seorang teman tersebut.


Rendang ala Yellow Dog

Saat di Yellow Dog ini, saya janjian sama salah seorang teman yang kenal di Couchsurfing. Dia sangat tertarik ketemu saya karena saya orang Indonesia, dan dia pernah tinggal di Indonesia selama beberapa bulan. Namanya Michal, seorang pemuda Polish yang ramah dan hangat serta sangat antusias mempelajari bahasa Indonesia. Atas permintaan Michal, jadilah malam itu kami ngobrol memakai Bahasa Indonesia dengan Ejaan Yang Disempurnakan alias EYD! Nah lhooo.... saya yang sejak lahir sampai besar tidak pernah menggunakan bahasa Indonesia EYD dalam kehidupan sehari-hari, kecuali saat acara resmi macam meeting atau presentasi, kontan menjadi sangat kaku saat berbicara. Ya, bayangkan saja saya harus mengucapkan kalimat bersusunan S-P-O-K dengan benar. Haha... Berasa kaya lagi ngomong sama klien perusahaan tapi dengan topik pembicaraan tentang kehidupan sehari-hari. Akhirnya lama kelamaan nyerah juga saya bicara pakai bahasa Indonesia baku, secara kalimat sempurna bahasa Indonesia kan panjang-panjang. Dan kalau saya pakai slang word atau bahasa pergaulan sehari-hari, Michal nggak ngerti. Jadilah balik lagi ke bahasa Inggris, lebih lancar komunikasinya tanpa harus mikir dulu sebelum ngomong, baik saya maupun si Michal ini. Haha... pokoknya lucu deh saya mendengar diri sendiri berbicara dengan bahasa baku begitu sama teman.

Michal mengajak saya ke salah satu bar di daerah Old Town untuk mengenalkan saya pada beer khas Poland dan bagaimana cara minum beer di Poland bagi kebanyakan orang. Well, saya memang pernah dengar kalau kebanyakan orang di Poland punya cara unik untuk minum beer, yang biasanya dilakukan oleh kaum perempuan. Yaitu dengan mencampur beer dengan syrup kemudian minum pakai sedotan, layaknya sedang minum juice. Wah, penasaran juga sih pengen coba. Michal mengajak saya ke sebuah bar nyempil di komplek bangunan tua klasik. Disana saya ditawari mau beer yang mana dan rasa apa. Duh, bingung juga saat lihat daftar berbagai syrup yang bisa dicampur ke dalam beer. Namun menurut si bartender, syrup Raspberry lah yang paling umum dipakai, dan beer nya pun dipilihkan dari sebuah merk brewery autentik di Poland yang sayangnya saya lupa apa namanya. Sebuah gelas ukuran setengah liter berisi beer yang telah dicampur syrup Raspberry pun tersaji di depan hidung saya, plus dengan sedotan! Hmmm... terlihat enak. Seteguk, dua teguk, lima teguk, dan.... oke, I'm done! Saya hanya meminum 1/2 dari isi gelas berisi cairan rasa aneh tersebut. Hahaha.... Jujur, lebih enak minum beer asli tanpa dicampur syrup begini. Namun saya heran juga, di bar itu cewe-cewe nya memang semua minum beer dengan cara seperti itu. Mungkin hanya saya saja perempuan yang tidak doyan beer syrup tersebut. Hehe...


Fruity beer favoritnya Polish girls (namun bukan fav saya) :p

Teman baru saya tersebut kemudian menantang saya untuk menjajal Vodka yang notabene terkenal di Poland. Saya pun oke-oke saja asal jangan disuruh minum shot pakai sedotan juga! Haha... Vodka pertama rasa plain, kemudian citron, coklat, dan terakhir vanilla. Semuanya enak, dan setelah shot ke-8 saya minta bonus 1 shot Tequila sebagai penutup. Setelah ngobrol ngalor ngidul sampai sekitar pukul 2 dini hari, saya pun ngantuk dan kembali ke hostel di tengah malam yang berkabut di kota tua Krakow tersebut. Suasana malam yang sedikit sepi dan berkabut itu membuat pemandangan seputaran Rynek Glowny terlihat mistis namun cantik!


Keesokan harinya, alarm pukul 6 pagi membangunkan saya. Bersemangat saya bangun dari bunkbed dormitory room dan meluncur ke kamar mandi. Tapi, yaaaahhhh..... guyuran hujan deras di luar jendela membuat saya bengong sesaat. Padahal hari ini rencananya mau eksplore Auschwitz, tapi kalau hujan deras begini bagaimana? Hmmm... cek punya cek ke accuweather.com ternyata hari ini Krakow akan diguyur hujan seharian! Wah, terpaksa rencana ke Auschwitz saya undur dulu, daripada tidak bisa menikmati karena repot payungan.


Akhirnya saya memutuskan untuk muter-muter kota bersama seorang gadis remaja asal Australia, Alice. Kami mulai mengeksplore dari mall Galeria Krakowsa, Old Town Stare Miasto, Wawel Castle, dan the main square Rynek Glowny yang merupakan main square terbesar di Eropa Timur. Di tengah Rynek Glowny ini, terdapat sebuah bangunan memanjang bernama Sukiennice atau Cloth Hall, yang merupakan pusat dagang beberapa ratus tahun lalu. Namun kini, bangunan itu dipakai sebagai pusat souvenir khas Krakow Poland, sekaligus tempat dimana saya mampu beli asesoris berhiaskan batu Amber dengan harga super miring. Hehehe.... 



Wawel Castle

Salah satu sudut Wawel Castle

Hujan setiap hari selama saya di Krakow :(

Sukiennice / The Cloth Hall

Rinai hujan menyertai langkah kaki kami menyusuri tiap sudut kota. Lapar dan dingin akhirnya mengantar kami ke sebuah restaurant hasil rekomendasi hostel, yang katanya enak dengan harga terjangkau. Kami pun memasuki Restaurant Gospoda Koko yang unik itu, terletak di jalan Gołębia 8, 31-007 Kraków, tak jauh dari Rynek Glowny square. Unik karena letaknya di bawah tanah, dengan lorong bagai gua yang menjorok ke dalam, ke dalam ruang-ruang makan berdinding batu kuno. Cahaya remang pun menambah keeksotisan tempat itu. Kami memesan dua porsi Pierogi (Polish Dumpling), seporsi Gołąbki (Nasi campur daging cincang yang dibungkus lembaran kol), serta teh hangat. Total hanya menghabiskan €6 saja untuk makan berdua dengan porsi besar tersebut (yang akhirnya kami bungkus sebagian karena tak sanggup menghabiskannya).


Suasana ruang makan bawah tanah di Gospoda Koko


Total hanya 6 euro!!

Sungguh Poland memang surganya para backpacker, karena semua harga sangat terjangkau. Saya menghabiskan malam-malam di Krakow dengan pub crawl dan menikmati night life sepanjang malam tanpa harus merogoh kocek yang dalam untuk menikmati vodka dan cocktail. Vodka yang paling terkenal di Poland adalah Żubrówka atau Bison Grass Vodka, dengan 40% alcohol didalamnya. Namun favorit saya adalah Wściekły Pies atau Mad Dog Vodka shot, yang merupakan perpaduan dari Raspberry Syrup, Tabasco, dan Vodka yang disusun per layer dalam segelas shot. Sensasinya luar biasa! Mulai dari pedasnya Tabasco yang pertama kali mengalir di tenggorokan, disusul panasnya Vodka, kemudian diakhiri dengan dingin dan manisnya Raspberry syrup di akhir. Silahkan bayangkan sendiri. Hehehe...


The famous Mad Dog Vodka :)

Empat hari di Krakow ternyata berlalu dengan sangat singkat, hingga saya memutuskan untuk extend 1 hari lagi disana. Selain menikmati kota tua Krakow itu sendiri, saya juga tak lupa mengunjungi the famous Auschwitz, camp konsentrasi Nazi terbesar sekaligus tempat pembantaian masal kaum Yahudi. Saya juga menyempatkan diri menelusuri jejak sejarah kaum Polish-Jews dan juga ikut tour Schindler's List movie. (Dua topik tersebut akan saya bahas di postingan terpisah)


Suatu sore di pinggiran kota Krakow

Salah satu jembatan yang (lagi-lagi) dihiasi gembok cinta :p

Note: Dikarenakan hari-hari hujan selama di Krakow, saya tidak dapat menghasilkan foto yg cukup bagus untuk dipampangkan disini. Terutama kecantikan Rynek Glowny yang (bodohnya) luput dari jepretan kamera saya karena saya terlalu sibuk berkeliaran di luar area pusat turistik itu. :p
Namun,akan saya cantumkan satu foto Rynek Glowny yang saya ambil dari Google.



Rynek Glowny, square terbesar di Eropa Timur.
(photo courtesy from Google)

Recent Post

Pagi yang Din-Din!!!

 Bruuummm Bruummmm! Din Din Din!!! Kreeeekkkk... Mata yang baru terpejam sebentar ini merengek karena terbangun jam 5 pagi buta. Buset, rame...

Popular Post