Saturday, December 6, 2014

Sinterklaas, Kapoentje!! (Saint Nicholas, My dear one!)

Ketika masih kecil dulu, saat tiba masa-masa natal, saya dan anak-anak kecil lainnya selalu bersemangat nonton film kartun di Minggu pagi. Karena di tv sering ditayangkan film-film kartun bertema natal dengan figur seorang Santa gendut berbaju merah yang baik hati. Ya, itulah Santa Claus, atau yang sering disebut Sinterklas oleh orang-orang Indonesia. Masa kecil saya memang tidak dilalui dengan tradisi menaruh kaus kaki di perapian dan menemukan kado dibawah pohon natal. Namun sosok Santa Claus gendut, Rudolf si rusa, serta segala hal tentang Magic Christmas from the North Pole telah memenuhi benak dan imajinasi saya sejak kecil hingga dewasa.

Pagi hari saat menemukan sepatu telah terisi penuh Pepernoten

Sampai ketika saya hijrah ke Belanda pada 2012 silam. Saat memasuki bulan November, sudah mulai terlihat keriaan sebuah tradisi menyambut sosok pria tua berjenggot panjang berjubah merah yang mereka sebut Sinterklaas (dengan dua huruf A pada 'klaas'). Okay... Hold on... What is this?! Kalimat tersebutlah yang meluncur dari mulut saya saat keluarga angkat saya sibuk berceloteh tentang rencana perayaan hari Sinterklaas itu. Awalnya saya bingung, kenapa warga Belanda sudah mulai sibuk menaruh sepatu didepan perapian sejak pertengahan bulan November. Kemudian diseluruh penjuru negeri banyak terpampang wajah si Bapak Tua berjenggot dan berkuda putih serta para partnernya yang hitam dan berbaju warna-warni. Seluruh toko mulai dipenuhi dengan yang manis-manis, mulai dari cookies bulat kecil bernama Pepernoten dan Kruidnoten, Coklat Alfabet (Letter Chocolate), Speculaas, Chocolate coins, Marzipan, dan segala kenikmatan yang dapat memicu gigi berlubang! Heran mendengar obrolan sehari-hari anak-anak di sekolah yang semua membicarakan tentang kado dari Sinterklaas. Dan kagum saat melihat keluarga Belanda yang berkumpul didepan perapian dengan sepatu sebelah serta semangkuk wortel dan jerami, menyanyikan lagu-lagu tradisional untuk mengundang Sinterklaas. Oh wow... Apakah ini gerangan? Sebuah hal baru yang sangat menggelitik untuk dicari tahu!

bagaimana cara membedakan keduanya :)
Pepernoten, Marzipan, Candy... hmmm...

Akhirnya, setelah dijelaskan panjang lebar oleh keluarga angkat saya, serta berbekal semalaman menelusuri Google, saya pun paham siapa itu Sinterklaas. :)
Singkat cerita, akan saya jelaskan perbedaan Sinterklaas dan Santa Claus (yang notabene merupakan satu sosok bernama asli Saint Nicholas yang berperan penting dalam keceriaan dunia per-natal-an anak-anak. hehe).

Santa Claus; Atau Saint Nicholas, di dataran America, digambarkan sebagai sosok pria gemuk berjenggot putih dan berpipi tembam, memakai baju merah berkerah putih, topi merah, ikat pinggang hitam, bersepatu hitam, terlihat membawa sekarung hadiah, naik kereta salju yang dikemudikan oleh rusa kutub dan salah satunya yang berhidung merah bernama Rudolf, tinggal di kutub utara bersama istri dan para kurcaci/peri. Dia mempunyai pabrik mainan di kutub utara dan bekerja sepanjang tahun membuat list nama anak-anak yang baik diseluruh penjuru dunia, serta menyiapkan mainan untuk kado natal mereka. Santa Claus akan membagi-bagikan hadiah untuk anak-anak pada malam natal tanggal 24 Desember. Dia akan turun melalui cerobong asap dan meletakkan kado natal di bawah pohon natal.

de zak van Sinterklaas
Sinterklaas (dalam tradisi Belanda); Yang juga adalah Saint Nicholaas, digambarkan sebagai sosok pria tua jangkung (tidak gemuk) berambut dan berjenggot panjang putih, memakai jubah serta topi bishop merah dengan lambang salib di atasnya, membawa tongkat emas dengan bentuk melingkar di atasnya, memakai cincin batu Ruby merah, serta membawa buku besar nan tebal yang berisi catatan nama anak-anak di seluruh penjuru negri. Sinterklaas datang berlayar dari Spanyol ke Belanda lewat laut dengan menggunakan steamboat. Dia akan mengendarai kuda putih berkeliling Belanda untuk membagi-bagikan hadiah kecil sebelum tanggal 5 Desember (yang merupakan hari ulang tahun nya) dan akan memberikan kado utama yang spesial tepat pada tanggal 5 Desember.
Dalam menjalankan misinya, Sinterklaas dibantu oleh sekelompok Zwarte Piet (Pete Hitam) yang digambarkan berwajah hitam, rambut keriting hitam, berbaju warna-warni, serta berpenampilan ceria. Mengapa para asisten Sinterklaas ini hitam? Apakah mereka ini para budak Africa yang bekerja untuk sang Santa? (seperti yang banyak digunjingkan belakangan ini mengenai unsur racism dan slavery dalam tradisi Sinterklaas) Oh tentu tidak... Wajah Piet ini hitam lantaran mereka sering keluar masuk cerobong asap untuk turun ke perapian dan menaruh hadiah di dalam sepatu anak-anak. Konon, jika anak-anak nakal, si Piet ini akan memukul mereka dengan sapu yang terbuat dari ranting pohon willow (disebut Roe di Belanda) dan memasukkan anak yang nakal kedalam karung untuk kemudian dibawa ke Spanyol bersama rombongan naik steamboat.

intocht van Sinterklaas di Amsterdam

CSinterklaas event di Rotterdam

De Hoofdpiet alias kapten rombongan Zwarte Piet

Oke, kembali ke tradisi yang di Belanda. Jadi, di Belanda (serta di Belgia, Luxembourg, dan Perancis bagian utara) tradisi Sinterklaas ini masih kental dirayakan. Dimulainya hari-hari perayaan Sinterklaas ditandai dengan tibanya sang Sint dari Spanyol dengan naik Steamboat. Biasanya Sint datang pada hari Sabtu di pertengahan bulan November. Kedatangan Sint di dermaga kota-kota di Belanda, disambut gembira oleh masyarakat yang berkerumun untuk melihat sang Sint berparade di atas kuda putihnya, diiringi dengan para Zwarte Piet yang berjoget serta membagi-bagikan permen dan cookies ke masyarakat. Anak-anak akan menyanyikan lagu-lagu seperti Sinterklaas Kapoentje, Zie ginds komt de Stoomboot, Sinterklaasje Bonne3x, dan masih banyak lagi lagu lainnya.

De zak van Sinterklaas (karung berisi hadiah dari Sint)

I got it last night! Chocola Letter; C for Cescliciouz ;)

Selama kurang lebih 3 minggu, Sinterklaas akan sibuk mengunjungi sekolah-sekolah dan rumah sakit, serta membagi-bagikan hadiah kecil di malam hari. Sebelum tidur, anak-anak akan  meletakkan sebelah sepatu mereka didepan perapian (atau di depan heater radiator jika di rumahnya tidak ada perapian) beserta semangkuk wortel dan jerami. Kemudian akan bernyanyi bersama orang tua mereka. Keesokan paginya, mereka akan menemukan sepatu mereka terisi penuh dengan pepernoten, coklat, marzipan, dan sebungkus kecil hadiah dari Sinterklaas. Kegiatan ini dilakukan 2-3 kali seminggu, hingga tiba tanggal 5 Desember yang merupakan hari ulang tahun Sinterklaas. Maka pada tanggal 5 Desember malam harinya, yang disebut dengan Sinterklaasavond atau Pakjesavond, Anak-anak percaya Sinterklaas akan memberikan kado utama yang spesial untuk mereka. Malam itu, saat anak-anak sedang gelisah menanti, akan terdengar bunyi gedoran di pintu "BAM! BAM! BAM!" Yang kemudian diikuti oleh seruan anak-anak yang bersemangat membuka pintu dan menemukan sekarung hadiah teronggok didepan pintu, atau selembar surat yang berisi petunjuk untuk menemukan sekarung hadiah didalam rumah (yang konon telah disembunyikan oleh Zwarte Piet). Dan jadilah malam itu malam spesial dimana sekeluarga berkumpul didepan perapian menyanyikan lagu Sinterklaas dan membuka sekarung hadiah. Hadiah-hadiah tersebut diperuntukkan tak hanya untuk anak-anak tapi juga orang dewasa (meski mereka tak lagi percaya pada keajaiban Sinterklaas) yang biasanya disertai dengan sebuah surat berisi puisi nasehat bagi si penerima hadiah.

Special family dinner on Pakjesavond (Dec 2012)

Anak-anak yang gelisah menunggu Sinterklaas :))
bolak-balik ngintipin jendela hehehe

Taraaaaa....
Sekarung hadiah pun mendarat secara misterius di depan pintu!

Kesibukan suasana buka kado pada Pakjesavond 2014

Sinterklaas dipercayai oleh anak-anak kecil yang berumur dibawah 10 tahun. Umumnya,saat mereka sudah beranjak besar, mereka akhirnya menyadari bahwa Sinterklaas hanyalah sebuah tradisi musim dingin dan bahwa segala misteri keajaiban Sinterklaas adalah tak lain peran para orang tua mereka sendiri. Memang, para orang tua dan dewasa lah yang berperan dalam kesuksesan tradisi Sinterklaas ini. Mulai dari menceritakan kisah Sinterklaas, menanamkan nasehat-nasehat melalui puisi yang dikirim Sinterklaas ke anak-anak, mengisi sepatu anak dengan pepernoten dan hadiah kecil, membuat skenario gedoran di pintu dan membeli sekarung hadiah untuk anak mereka, serta berakting layaknya mereka juga sangat antusias mendapatkan kado dari Sinterklaas. Tak lupa juga para sukarelawan yang telah berakting dengan sangat dramatisnya sebagai para Sinterklaas dan Zwarte Piet yang muncul di berbagai kota, televisi, sekolah, dan jalanan. Tanpa aksi mereka, tradisi Sinterklaas hanyalah cerita dongeng belaka.

Pada November 2012, saya beruntung bisa ikut serta dalam 3 moment penting:
1. intocht van Sinterklaas (arrival of Sinterklaas) di Amsterdam
2. Dinner with Sinterklaas sambil berlayar di atas steam boat di sepanjang sungai Nieuwe Mass Rotterdam!
3. Clubbing with Sinterklaas (Couchsurfing event) di Rotterdam.
Intocht van Sinterklaas (National arrival) adalah event dimana Sinterklaas tiba pertama kalinya di Belanda setelah berlayar dari Spanyol dengan menggunakan steam boat bersama rombongan Zwarte Piet. Kedatangan Sinterklaas ini dirayakan dengan parade, musik, serta hingar bingar masyarakat dan anak-anak yang antusias melihat sang Sint keliling kota dengan menunggang Amerigo, si kuda putih piaraannya. Setelah national arrival di Amsterdam, biasanya diikuti dengan local arrival di kota-kota berpelabuhan lainnya, sebagai simbol kedatangan Sinterklaas di berbagai penjuru Belanda.
Kemudian, seminggu sebelum Sinterklaasavond, saya berkesempatan ikut sailing dinner di atas kapal steam boat nya Sinterklaas. Tentu saja sang Sint dan Zwarte Piet pun turut hadir dan memeriahkan malam itu. Saya beserta rombongan dihibur dengan nyanyian dan jokes serta makan malam yang meriah. Tak lupa juga dapat bingkisan kecil dari Zwarte Piet yang berisi Chocola Letter, jeruk Mandarin, serta Pepernoten.
Dua hari menjelang Sinterklaasavond, komunitas Couchsurfing Rotterdam mengadakan event di sebuah nightclub dengan mengundang Sinterklaas dan Zwarte Piet untuk memeriahkan acara. Rombongan mereka tiba dan memeriahkan dance floor dengan tingkah kocak Zwarte Piet dan banyolan lucu dari Sint. Well, ternyata Sinterklaas tak hanya mengunjungi sekolah dan rumah sakit. Nightclub pun tak luput dari kunjungannya. Haha...

Lieve Zwarte Piet! :D

Zwarte Piet bagi-bagi Pepernoten

Sinterklaas parade

Salah satu anak kecil yang antusias memakai kostum Zwarte Piet

tampaknya semua partisipan memakai kostum Zwrte Piet semua ya :)

Tiga tahun merayakan Sinterklaas, membuat saya jatuh cinta pada tradisi unik ini. Meski saya bukan lagi anak-anak, saya pun ikut-ikutan antusias dan deg-degan tiap kali menengok ke perapian di keesokan harinya, untuk menemukan kejutan kecil apa lagi yang dikirim 'Sinterklaas' (atau sebenarnya host family saya) untuk saya hari ini. Terlebih saat tanggal 5 Desember tiba. Wah, senyum mengembang sepanjang hari, membayangkan akan ikut terlibat dalam 'Skenario Gedoran Pintu' serta membuka kado special di malam harinya! :)

Poem letter dari Sinterklaas :')

beberapa kado dari Sinterklaas (2012)
Bedankt voor cadeautjes, Sinterklaasssss!!!

Saat tulisan ini dibuat, tanggal 6 Desember 2014, Sinterklaas sedang dalam perjalanannya kembali berlayar di atas steamboat menuju Spanyol. Dan kemeriahan festival perayaan Sinterklaas pun berakhir sudah. Sampai jumpa tahun depan ya, Sint!! ;)

we rock the dance floor! :))


Friday, October 31, 2014

Halloween Excitement

Tinggal di benua Eropa, yang notabene kehidupan dan budayanya berbeda dengan tanah kelahiran Indonesia, tentu membuat saya merasakan berbagai pengalaman baru yang belum pernah saya dapatkan sebelumnya. Seperti contohnya budaya perayaan Halloween yang jatuh setiap tanggal 31 Oktober.

Seperti kita tahu, di Indonesia tidak ada budaya merayakan Halloween dengan pesta kostum maupun ritual 'Trick or Treat' door-to-door. Ya, karena memang budaya Halloween ini lahir di Eropa, bukan di Asia. Itulah sebabnya kita di Asia kurang familiar dengan budaya ini, kecuali di kota besar yang biasanya menerapkan tema Halloween dalam dekorasi mall atau cafe tertentu. Namun tetap, tidak ada ritual bagi-bagi permen ataupun memahat labu (pumpkin) menjadi Jack-o-Lantern.

Halloween = Pumpkin everywhere

Makanya, begitu hijrah ke Eropa saya sangat excited menyambut Halloween tiba. Minggu pertama Oktober, sudah tercium aroma Halloween di toko-toko mainan. Beragam dekorasi unik dan kostum hantu ramai mewarnai pasaran. Labu-labu kuning pun mulai sale di supermarket, siap untuk dihias maupun dibikin sup labu khas musim gugur. Sungguh, suasana kemeriahan Halloween sangat terasa disini!

Pumpkin sale!!

Ritual menghias pumpkin

Taraaa.... Jack-o-Lantern hasil karya pahatan tangan saya! :D

Sehari menjelang Halloween tiba, anak-anak sudah ramai membicarakan kostum apa yang akan mereka pakai keesokan harinya. Sekolah pun menyelipkan beberapa tema Halloween dalam kegiatan belajar mengajar, seperti dalam prakarya maupun seni drama. Para orang tua mulai sibuk mengukir dan menghias labu, membeli diskon terakhir kostum hantu untuk anak mereka, serta menghias teras dan pintu rumah dengan sarang laba-laba palsu, lentera labu, jerami, dan lilin-lilin orange. Toko-toko mainan mulai menggelar sale besar-besaran untuk pernak-pernik Halloween. Supermarket menggelar sale untuk Labu kuning dan juga permen. Kesibukan menjelang Halloween sungguh membuat saya ikut-ikutan bersemangat, meski saya tidak ikutan keliling door-to-door membawa baki sambil teriak "Trick or Treat" untuk mendapat permen atau coklat. :)

Halloween candy yang siap dibagi-bagikan ke setiap pengunjung


Tiba hari H nya, anak-anak sepulang sekolah mulai heboh seolah memiliki 200% energi dalam tubuh mereka. Makan malam dengan menu sup labu serta dessert enak berupa pumpkin cake pun sudah bukan menjadi hal utama saat sore tiba. Yang ada di pikiran mereka hanyalah segera berganti kostum, mengecat wajah seseram mungkin, menenteng tas atau keranjang, dan keliling ke rumah-rumah tetangga untuk mengumpulkan permen. Saya sebagai orang dewasa, tugasnya ya mendandani si kecil seunik mungkin dan menggambari wajah mereka ala Dracula atau Nenek Sihir, sebelum mereka menggelinding keliling komplek. Oiya, satu lagi tugas para orang dewasa saat malam Halloween adalah membuka pintu dan menyodorkan baki penuh permen pada setiap anak yang datang ke rumah. Lumayan capek juga puluhan kali bolak-balik membuka pintu, tapi sebanding dengan keceriaan yang saya dapatkan saat melihat berbagai macam rupa anak-anak berkostum hantu dengan wajah lucu berpoleskan make up seram itu. Duh, menggemaskan sekali lho mereka ini.... :)

hasil dandanan saya! hahaha :D Lumayan lah...

sampe kapak pun nancep di kepala?! :))

Trick or Treaaaattttt......!!! (rebutan permen) :D


Lalu, apakah Halloween hanya berlaku bagi anak-anak saja? Ooooh, tentu tidaaaak.... Orang dewasa pun berhak bersenang-senang saat Halloween. Jika anak-anak merayakan Halloween dengan keliling ber-Trick-or-Treat, maka orang dewasa biasanya pergi ke pesta kostum. Jalanan serta bar-bar di kota ramai oleh berbagai bentuk manusia mulai dari yang berpakaian hantu seram, cosplay, sampai yang konyol dan aneh. Saya pun tak mau ketinggalan. Tiap tahun, saya ikut bersemangat mencari ide untuk ikut pesta kostum, membeli pernah-pernik Halloween, serta berpartisipasi merayakan hari hantu sedunia itu! Ah... seandainya Halloween di Indonesia juga dirayakan semeriah disini... Pasti banyak 'hantu beneran' macam si mbak Kunti dan mas Pocong yang ikutan nongol di depan pintu untuk minta permen! Hahaha... :))

A Witch from Hogsmeade! (Halloween 2012)

Sorrow Ghost! (Halloween 2013)

Teman saya ini ceritanya dandan ala Werewolf :))

A Pirate Girl (Halloween 2014) :D *cantik* hihi :p

Pesta kostum :)

Happy Halloweeeeennnnnn!!!!
Halloween ala Indonesia :)))) hihihi (photo credit from Google)

NB: Tadinya mau upload foto 'hantu beneran' instead of foto duo SPG film Pocong vs Kuntilanak di atas. Tapiiiii..... pas lagi googling, eh taunya muncul foto2 pocong beneran dan kunti beneran yang langsung spontan bikin merinding disko!! Dan saat saya menulis ini, jam menunjukkan pukul 00.30 tengah malam waktu Copenhagen, saya di rumah sendirian, duduk di ruang makan yang jendela nya menghadap ke kebun belakang rumah. Dan.... mendadak ruangan yang semula hangat tiba-tiba menjadi dingin, seolah para 'oknum dunia lain' yang wajahnya tadi bermunculan di laman pencarian Google kini turut bergabung dengan saya di ruang makan ini untuk merayakan Halloween.... DANGGGGGG!!! (-____-")

Saturday, October 25, 2014

Lucky I'm in love with... Nature!

Pagi ini, saya bangun pagi meski ini hari Sabtu yang artinya hari libur. Karena saya sudah berencana akan berburu kabut dan sunrise di hutan. Namun, hujan mengguyur Copenhagen dan tak kunjung berhenti juga. Sambil memangku laptop di kasur, ingatan saya terlempar ke sebuah tempat yang saya rindukan... Indonesia!

Bahagia nya saat nyemplung ke sungai nan jernih...

Negara kepulauan, dengan 18.307 pulau, yang terdiri dari 5 pulau utama, dan ribuan pulau eksotis lainnya. Indonesia, dengan bangga saya menyebutnya sebagai tanah kelahiran dan tempat saya dibesarkan ditengah keindahan alamnya, baik hutan pegunungan maupun pantai lautnya. 

Lahir di sebuah desa kecil, di provinsi ujung timur pulau Sumatera, provinsi Lampung. Saya yang berdarah Jogja, wong Jowo asli, dahulu seringkali menyesalkan mengapa saya harus lahir di Lampung, kenapa bukan di Jogja saja? Kan akan terdengar lebih keren jika saya menyebut Jogja sebagai tanah kelahiran saya. Namun yah, saat orok dalam perut mana bisa saya request ke orang tua saya untuk beli tiket bus ke Jogja dan lahir disana. Haha... Dan jadilah saya lahir dan besar di tempat dimana Bapak saya bertugas sebagai PNS kala itu.

Desaku yang ku cinta... (doc. 2010)

Rumah orang tua tempat saya tumbuh di masa kecil, terletak di sebuah desa, tak jauh dari pegunungan, di Lampung bagaian utara. Seperti layaknya desa pada umumnya, jalanan batu berdebu serta hamparan sawah dan ladang sudah menjadi pemandangan sehari-hari. Jika anak-anak di kota sangat antusias melihat sapi dan kambing hanya saat hari raya Idul Adha, saya bisa melihat mereka setiap hari lalu lalang lewat jalanan depan rumah. Jika anak-anak di kota harus ikut field trip dulu untuk bisa merasakan berinteraksi langsung dengan sawah atau sungai, saya dengan mudah bisa tinggal nyemplung ke sawah atau sungai mana yang saya mau di sekitar rumah. 

Ada air terjun sekitar 5km dari rumah, yang semasa kecil merupakan tempat berpetualang paling mengasyikkan sekaligus mendebarkan buat saya. Dari desa terakhir di kaki gunung, saya harus berjalan kaki sekitar 2km untuk bisa mencapai air terjun itu. Menyusuri aliran sungai bergemericik deras, menapaki jalan setapak berbatu yang kadang terputus oleh aliran sungai kecil atau tunggul kayu mati, mendaki lereng dengan kemiringan yang lumayan bikin jantung deg-degan saat saya masih kecil dulu, berjumpa dengan beberapa siamang hitam di puncak-puncak pohon tinggi (jika beruntung), bahkan saya pernah melihat seekor dua ekor rusa sedang minum dari air kolam di air terjun. Ya pengalaman masa kecil menjelajahi alam sekitar desa itu membuat saya selalu berimajinasi untuk menjelajahi hutan-hutan lain yang lebih luas dan bahkan yang seperti terlihat dalam film-film asing yang saya tonton. Saya pun melabeli diri saya dengan sebutan "anak hutan".

Air Terjun Klawas, Desa Subik. Kotabumi, Lampung Utara.

Tempat petualangan semasa kecil (doc. 2010)

Beranjak ke masa remaja, saya tidak lagi tinggal di desa tempat saya dilahirkan. Semasa SMP saya tinggal di kota kabupaten, yang notabene tidak ada alam yang bisa dijelajahi di sekitar saya. Dan sepertinya naluri 'ke-hutan-an' saya pun luntur. Saat SMA saya tinggal di pusat kota Bandar Lampung, yang terletak dekat pesisir pantai. Kesempatan untuk menjelajahi alam pun datang kembali. Namun kali ini lebih banyak ke area pesisir pantai, keluar masuk pantai tak bernama, mulai dari yang masih bersih tak terjamah hingga yang penuh sesak dengan manusia dan... sampah! Duh, miris melihatnya... Saat sedang menikmati damainya tiupan angin pantai dengan kaki diselonjorkan kedalam ombak, tiba-tiba ada bungkus kacang terbawa ombak yang nyangkut ke jempol kaki! :(

Menjelajah alam menuju air terjun (doc. 2010)


Saat tiba acara Orientasi Ekstra Kurikuler, saya sangat bersemangat sampai tidak bisa tidur memikirkannya. Kenapa? Karena itulah kesempatan saya bisa kembali ke alam hijau, tidur dibawah tenda, dan menjelajahi sungai serta pepohonan disekitar bumi perkemahan. Acara orientasi (atau perploncoan, jaman dulu disebutnya) dilakukan malam hari, dan inaugurasi atau pelantikan anggota baru dilakukan keesokan harinya. Sangat seru saat jadi senior, baik di tahun kedua maupun tahun ketiga, karena bisa ngerjain junior. hehehe.... 

Sedikit intermezzo akan kegiatan ekskul semasa SMA:
Kecintaan saya pada alam, tidak lantas membuat saya bergabung dalam ekskul Pecinta Alam, yang para anggotanya terihat keren dengan style 'anak gunung' mereka. Saya memang kagum dengan anak-anak 'PA' tersebut, namun saya memutuskan untuk bergabung di Kelompok Ilmiah Remaja (science club) dan Tae Kwon Do. Lho, kenapa? Apakah saya tergolong anak intelek? No no no... tidak. Saya bukan tergolong anak dengan nilai A dalam ilmu pengetahuan alam seperti Fisika, Kimia, maupun Biologi. Saya bahkan anak jurusan IPS semasa SMA. Namun rasa penasaran tingkat tinggi akan klasifikasi tumbuhan, rentang galaksi dan hal-hal outerspace, serta keunikan partikel kimia, membuat saya sangat cinta pada ekskul KIR itu. Dan kenapa Tae Kwon Do, bukannya basket atau olahraga populer 'perempuan' lainnya? Hmmm... Jujur dulu saya tertarik ikut TKD karena (biasalaaahhh...) kesemsem sama salah satu anggotanya. Hahaha (ketauan deeeh....) Tapi itu hanya awalnya, karena setelah saya menekuninya, saya jatuh cinta pada seni bela diri itu sendiri, bukan kepada orang-orangnya. Dan sejak kecil memang saya kepengen banget bisa tendang-tendangan ala jagoan pembela kebenaran. Dan salah satu film Indonesia masa kecil favorit saya adalah 'Jacklyn'. Entah apakah kalian juga masih ingat serial film action ini.

Hobby sejak SMA :)

saat berarung jeram di Jawa Barat (2009)

Beranjak dewasa di ibukota Jakarta, saya masih suka sekali dengan pantai maupun pegunungan. Hasrat itu sering saya tuntaskan dengan mengunjungi pantai sekitaran Jakarta, dan juga daerah puncak serta kaki gunung Salak dan Gede. Aktifitas pun melebar, dari yang semula cuma senang main-main di pinggir pantai, kini mulai doyan berenang dan snorkeling dari pulau ke pulau. Mulai dari Kepulauan Seribu hingga Karimun Jawa, bahkan Phi-Phi island di Thailand. Intensitas ke pantai yang belakangan jauh lebih tinggi dari ke gunung, membuat saya akhirnya melabeli diri saya sebagai 'anak pantai'.

Kaki gunung Gede Pangrango (doc. 2011)

Menikmati bawah laut Karimun Jawa (2012)

Sepertinya saya ini seorang pecinta alam yang masih labil. Terlihat dari bagaimana saya menyebut atau melabeli diri saya hanya based on dari apa yang sering saya lakukan. Haha... Tapi itu dulu...
Sekarang saya sadar, mau 'anak hutan' kek, atau 'anak pantai' kek, nggak penting. Karena saya cinta keduanya! Dan saya tak bisa hidup tanpa keduanya.

Saat saya hijrah ke Eropa pada 2012 silam, naluri pantai membuat saya berhasrat mengunjungi sebuah pantai di Belanda, pantai Scheveningen. Namun impian saya melihat pasir putih dan laut biru dikandaskan oleh hamparan pasir abu-abu dan laut kelabu. Meh! Saya pun tak pernah lagi menikmati pantai atau laut yang sesungguhnya selama dua tahun. Sampai akhirnya saya menjejakkan kaki di Yunani pada musim panas 2014, dimana saya bisa merasakan pantai yang sesungguhnya. Namun indahnya alam di Eropa, menarik saya masuk blusuk'an ke daerah countryside, dengan hamparan rumput hijau serta hutan-hutan empat musimnya. Keindahan hutan Eropa yang selalu berganti rupa mengikuti musim, membuat saya betah dan tak bosan untuk blusuk'an didalamnya. Berburu kabut ataupun sunrise, mampu membangunkan saya pagi-pagi hanya untuk bersepeda menembus dinginnya suhu Scandinavia, menuju hutan dan padang rumput indah menawan hati.

Blusuk'an di Hareskov Forest - Denmark (Oct 2014)

Canoeing di Danau Bled - Slovenia (Juli 2014)

Jadi, dengan hobi baru saya yang senang keluyuran ke hutan, apakah saya akan kembali melabeli diri dengan sebutan 'anak hutan'? Hohoho... tentu tidak... Saya sekarang sudah bukan remaja labil lagi, namun sudah cukup dewasa dalam menilai diri saya sendiri. Meski saya bukan tergolong anak pecinta alam ekstrim, yang kerjaan nya kemping melulu atau naik gunung melulu, atau bahkan diving melulu (kalau yang terakhir ini sih jujur saya juga pengen hehehe), namun saya tahu bahwa saya sangat mencintai alam ciptaan Tuhan di muka bumi ini. Dan selama saya masih hidup dan bernafas, ingin sekali rasanya melihat keindahan alam di seluruh penjuru bumi, tentu tak lupa juga menjaga kelestariannya.

"Take nothing but picture, Leave nothing but footprint, Kill nothing but time, Burn nothing but spirit."

Salam Lestari!!!

Mencari Wild Berries di hutan. Belgia (Juli 2013)

Hareskov, Denmark (2014)

Hamparan Canola. NivÄ, Denmark. (April 2014)

Padang rumput Farum - Denmark. (2014)

Hareskov - Denmark (Oct 2014)

Plitvice - Croatia. (2014)
Leyeh-leyeh makan siang di hutan

Padang rumput berkabut di Kalvebold, Denmark. (2014)

Makhluk hutan di Charlottenlund - Denmark. (2014)

Red Beach. Pulau Santorini, Yunani. (Juli 2014)

Plitvice Lake - Croatia. (abaikan tampang lecek saya hehe)

Recent Post

Pagi yang Din-Din!!!

 Bruuummm Bruummmm! Din Din Din!!! Kreeeekkkk... Mata yang baru terpejam sebentar ini merengek karena terbangun jam 5 pagi buta. Buset, rame...

Popular Post