Apa yang ada dipikiranmu saat mendengar kata Eurotrip? Pasti pikiran langsung melesat ke segala penjuru Eropa dengan kelebatan bayangan tempat-tempat menarik yang ingin dikunjungi. Ya, itulah juga yang ada didalam otakku saat pertama kali menginjakkan kaki di tanah Eropa, tepatnya di pelataran parkir Schipol International Airport - Amsterdam.
Buku Sakti :) |
Disela-sela ucapan syukur saat pertama kalinya menjejak Eropa, aku menyelipkan sebuah proposal "Eurotrip - My Travel Wish List", ke hadirat Tuhan YME. Proposal? Kenapa disebut proposal? Ya karena bentuknya masih berupa rancangan mentah, tanpa adanya dana finansial untuk menyelenggarakannya. Hanya sebuah proposal pengajuan izin dan restu kepada Yang Maha Berkehendak. Permohonan agar rencanaku ini nantinya diberi izin dan syukur-syukur diberi bantuan dana juga, sehingga bisa terlaksana apa yang tercantum didalam proposalku itu. Sama halnya seperti saat kita dulu menjadi anggota OSIS di sekolah, seringkali membuat proposal untuk Pentas Seni atau apalah, dan mengajukannya kepada Kepala Sekolah. Untuk apa? Untuk minta izin penyelenggaraan acara dan tentunya minta bantuan dana tho? Sama halnya dengan proposal Eurotrip-ku. Bedanya cuma kali ini aku tidak mengetik, mengeprint, dan menjilidnya. Aku hanya mengucapkannya didalam doa.
Apa isi proposal ku? Isinya untaian mimpi dan harapan untuk bisa menginjakkan kaki di berbagai negara di Eropa. Kapan waktu pelaksanaannya? Dimulai dari detik pertama aku turun dari pesawat, hingga satu tahun kedepan, atau syukur-syukur kalau Yang Maha Berkehendak mengizinkan aku untuk extend lebih lama lagi disini. Berapa dana yang dibutuhkan? Berapapun dana yang diberikan oleh Beliau Yang ada di Atas, mudah-mudahan dicukupkan untuk mewujudkan mimpi-mimpi ku tersebut. Apa target yang aku tetapkan di dalam proposal ku? Targetnya adalah... Minimal satu negara setiap bulan! Kata-kata penutup? Amin Amin dan Amin.
Setelah mengajukan proposal, lalu harus bagaimana? Oke, pertanyaan yang bagus! Masih ingat jaman sekolah bikin proposal Pentas Seni donk ya... Biasanya setelah proposal ditanda-tangani oleh KepSek, kita langsung bikin rancangan hal-hal apa saja yang harus dilakukan terlebih dahulu. Nah, sama. Setelah aku mengajukan proposalku, aku langsung mengambil langkah, bukan langkah seribu pastinya ya. Pertama-tama aku memilih, negara mana sih yang menjadi prioritas utamaku? Kembali aku mengaduk-aduk isi otakku, dan menemukan bahwa Eiffel telah tertanam didalam otakku sejak aku masih kecil. Baiklah, aku putuskan untuk mulai mengumpulkan segala informasi untuk pergi ke Perancis.
Aku mulai memikirkan waktu yang tepat, hunting tiket, membuat rancangan dana, dan itinerary perjalanan. Tentunya disela-sela aktivitasku disini di Belanda. Dan tentu saja aku tak menyia-nyiakan waktuku untuk tidak
mengexplore Belanda itu sendiri. Jadi hitunglah Belanda sebagai negara pertama
penjelajahanku di Eropa. Dimulai dari Minggu pertama aku disini, aku mulai
merambah keluar dari Rotterdam, kota tempatku tinggal. Aku menjelajah Delft,
sebuah kota kecil yang sarat dengan pelajar dan suasana kota yang tenang.
Kanal-kanal cantik membelah-belah kota, menjadikannya makin eksotis dengan
jembatan melengkung dan deretan sepeda yang tertambat di sisi jembatan. Belum
lagi jejeran cafe yang bertengger manis di bantaran kanal dengan dipayungi
pepohonan yang mulai menguning daunnya. Cantik! Sungguh ironis mengingat di
Jakarta tidak dapat kita temukan hal semacam ini di bantaran sungai Ciliwung.
![]() |
Delft & Kanal cantiknya :) |
Dilanjutkan dengan minggu keduaku disini, aku mengeksplore
Den Haag. Kota pusat pemerintahan Kerajaan Belanda ini merupakan salah satu
kota dimana aku banyak berjumpa dengan sesama orang Indonesia. Saat mengantre beli makanan, tengok kanan ada
orang Indonesia. Saat makan di rumah makan, tengok ke kiri ada orang Indonesia.
Bahkan saat menunggu tram di pinggir jalan, diajak ngobrol sama mas-mas banci
yang juga dari Indonesia. Oalaaah… ini kota isinya tetangga setanah air semua! Haha… Di Den Haag banyak terdapat
Toko-toko Asia yang menjual bahan-bahan makanan khas Indonesia. Rumah makan
Indonesia pun banyak terlihat di sisi jalan. Aku menghabiskan sekitar 2 hari
untuk menjelajahi Den Haag. Mulai dari pantai Scheveningen, yang oleh warga
Belanda dibangga-banggakan sebagai pantai cantik nya mereka. Namun saat aku
berada disana, aku cuma bisa melongo menyaksikan air laut yang kelabu dan pasir
pantai yang coklat. Plus awan mendung dan angin dingin musim gugur yang dijamin
bisa bikin masuk angin. Mana cantiknya??? Aku senyum-senyum sendiri, berbangga
hati menjadi warga Negara Indonesia, sebuah Negara kepulauan yang dianugerahi
kekayaan bahari dan ribuan pulau berpantai cantik!
Kemudian dilanjutkan dengan mengunjungi Madurodam, taman
miniatur Negara Belanda. Tempat ini merupakan salah satu tempat wajib
dikunjungi saat berada di Belanda. Tiket masuk seharga €14 itu menurutku ya
lumayan lah untuk menikmati Belanda secara keseluruhan dalam versi mini nya. Di
taman yang tak seberapa luas itu, kita bisa melihat berbagai tempat di seluruh
penjuru Belanda. Mulai dari Port of Rotterdam, Erasmus Brug, Schipol Airport,
Arena Stadium, Kinderdijk, bangunan-bangunan penting dan khas di Belanda,
hingga pasar keju Gouda. Keseluruhan bangunan dibuat mini, bahkan sampai
pohon-pohonnya pun mini. Lumayan untuk menambah pengetahuan akan tempat-tempat
penting di Belanda. Dan tentunya buatku, penting untuk tahu tempat mana saja
yang kira-kira bagus untuk dikunjungi nantinya. Hehe….
at Madurodam |
Selain Madurodam, aku juga mengunjungi Vredes Paleis atau
The Peace Palace yang merupakan kantor Mahkamah Internasional PBB sekaligus Akademi Hukum Internasional Den Haag. Namun sayang, hanya
bisa menikmati keindahan bangunannya dari luar pagar saja. Kemudian tak lupa
juga mengunjungi The Binnenhof (kantor pemerintahan Belanda) dan museum Mauritshuis yang terkenal itu.
Menghabiskan sore menjelang malam di kawasan Centrum dengan menyusuri Lange Poten
yang di kanan-kiri nya banyak berjejer toko-toko dan butik yang
memanjakan mata dan menggelitik kantong!
Vredes Paleis / Peace Palace |
Sore di Brasschaat :) |
Eiffel... Finally! :) |
Dan tibalah
aku di minggu keempat alias satu bulan aku berada disini. Seluruh persiapanku
ke Paris-Perancis sudah matang. Tiket sudah dibeli, ransel sudah diisi, agenda
perjalanan sudah terperinci, dan uang saku pun sudah dibekali. Yes!! Tepat 1
bulan 3 hari aku hidup di Belanda, aku akhirnya melangkahkan kaki untuk
menginjak negara ke-3 dalam daftar Travel Wish List ku. Terima kasih Tuhan,
Engkau sungguh baik. Di bulan Oktober aku berhasil mewujudkan mimpi masa
kecilku ke Paris, melihat Eiffel!
Menghabiskan
hampir 4 hari di Paris dan Versailles (baca postingan sebelumnya), aku kembali
mengucap syukur dan terima kasih kepada Beliau yang telah menanda-tangani
proposal Eurotrip ku. Karena tanpa izin dan kuasa Nya, mustahil aku bisa
menginjakkan kaki di 3 negara dalam waktu kurang lebih 1 bulan, dengan budget
dibawah rata-rata. Banyak yang mengira aku ini kebanyakan uang (amin!) hingga
bisa dengan mudahnya menclok sana-sini dalam waktu singkat. Padahal kalau saja
mereka (dan kamu) tahu berapa tepatnya dana yang disumbangkan oleh Dia Yang Maha
Baik kepadaku tiap bulannya untuk melaksanakan proposal Eurotrip ku ini,
mungkin mereka (dan juga kamu) pasti bakalan melongo dan bilang “Hah? Memangnya
cukup duit segitu buat survive sebulan plus jalan-jalan?”. Dan mungkin aku akan
menjawab dengan tersenyum, “Tuhan itu baik dan selalu mencukupkan…”
Sepulang
dari Perancis, jujur aku sempat bengong tak tahu harus kemana lagi karena belum
punya ancang-ancang untuk the next plan. Akhirnya aku menghabiskan
weekend-weekend ku untuk kembali menjelajah si Negeri Kincir ini. Melanjutkan
penjelajahan ke berbagai kota tetangga, mulai dari Kinderdijk, Leiden, Breda,
Utrecht, Den Bosch, Dordrecht, Maastricht, dan tak lupa Amsterdam.
Kinderdijk, sebuah desa kincir angin yang terkenal dan dijadikan UNESCO World Heritage. Memiliki 19 buah kincir angin khas Belanda yang disebut Molen, yang berjajar rapi di tepian kanal berumput ilalang. Cantik! Dan cuaca sedang bersahabat saat aku kesana, sehingga menghasilkan beberapa hasil karya jepretan yang breath taking. Aku membawa serta sepedaku menaiki boat dari Rotterdam menuju Kinderdijk, dengan lama perjalanan sekitar 1 jam. Menyusuri cantiknya Kinderdijk dengan bersepeda itu sangatlah mengasyikkan. Konon katanya, saat musim dingin tiba dan kanal-kanal membeku, akan sangat menyenangkan bisa ber-ice-skating ria di desa kincir angin ini. Well, mungkin aku akan mencobanya saat winter tiba nanti.
Amsterdam, Ibu kota negara Belanda, dan juga merupakan
touristy centre bagi siapa saja yang berwisata ke negeri kincir ini. Kesan
pertama? Hmmm…. Aku kurang suka Amsterdam! Lho, kenapa? Bukannya Amsterdam
merupakan tujuan wisata di Belanda seperti tertera di brosur-brosur wisata
travel agent kebanyakan? Ya memang, dan justru itulah yang membuat Amsterdam
menjadi kurang nyaman untuk dinikmati. Karena dipastikan hampir semua orang
dari seluruh penjuru dunia akan mengunjungi Amsterdam saat pertama kali
menjejak di Belanda. Hayo, bener nggak? Survey mengatakan, “iya”. Amsterdam
dalam kacamataku, ramai (terlalu ramai malah) dan semrawut (dalam hal lalu
lintasnya). Ramai oleh para wisatawan yang berbondong-bondong menyusuri Damrak
dan Centrum menuju Dam Square, ataupun mereka yang dengan raut muka penasaran
cengengesan berlalu-lalang mblusak-mblusuk di setiap gang kawasan Red Light
District. Bau ganja yang mengambang di udara pun menambah rasa pusing di kepala
yang telah disebabkan oleh keramaian manusia tadi. Ditambah lagi para
pengendara sepeda di kota ini kurang beradab dibandingkan kota lain di Belanda
yang rata-rata pengguna sepedanya anteng-anteng. Terlihat dari gaya mereka
mengendarai sepeda yang sering ngebut dan tidak mau mengalah pada pejalan kaki!
Total, selama 2 hari mengeksplore Amsterdam, aku memutuskan untuk bilang “Aku
kurang suka Amsterdam”.
Kinderdijk |
Namun, masih banyak kota lain di Belanda yang nyaman
dikunjungi seperti Leiden dan Breda yang tenang (relatif sepi malah). Juga
Utrecht, kota kanal cantik dengan stasiun kereta api terbesarnya. Atau
s-Hertegenbosch (Den Bosch) kota tua dengan St. Jans Cathedral nya yang
luar biasa cantik. Dordrecht atau Maastricht dengan kota tua dan Christmas Market nya yang cantik. Mengunjungi kota-kota yang berbeda setiap weekend, merupakan
agendaku tiap bulan.
senja di Amsterdam dengan latar belakang menara gereja Nieuwe Kerk |
Sampai pada akhirnya terbersitlah inspirasi untuk
menghabiskan liburan natal tahun ini di sebuah tempat diluar Belanda. Dan
tawaran untuk traveling bareng dari seorang teman pun aku terima tanpa berpikir
dua kali. Satu minggu di Jerman dan Republik Ceko sepertinya cukup seru,
apalagi mengingat Jerman adalah negara di Eropa yang memiliki Christmas Market
terbanyak. Well, Oke lah kalau
begitu! Mulai lagi persiapan untuk penjelajahan selanjutnya. Hunting tiket
kereta + pesawat, mencari host Couchsurfing, booking hostel, hingga
mempersiapkan baju tempur yang memadai untuk traveling di musim dingin nanti.
Ya, Desember adalah musim dingin yang bisa dipastikan bersalju dengan suhu
hanya satu digit angka saja bahkan bisa minus. Traveling di negara dingin tentu
berbeda dengan di negara tropis. Kalau di Asia Tenggara aku selalu traveling
bercelana pendek, disini jangan harap bisa bercelana pendek. Bahkan pakai baju
dan celana pun harus berlapis-lapis!
Seluruh
persiapan untuk Xmas Trip nanti sudah 80% matang. Tinggal satu minggu lagi, dan
aku harus mempersiapkan mental dan stamina menghadapi cuaca yang makin dingin
setiap harinya. Sambil tak henti memohon pada Yang Kuasa, semoga diberi
kelancaran dalam perjalananku nanti ke Jerman dan Ceko. Rute perjalananku kali
ini adalah ke Duesseldorf – Cologne (Koln) – Prague, dengan total waktu 6 hari.
Dan bertepatan dengan malam natal nanti, aku akan berada di Prague –
kota bohemian di Republik Ceko yang terkenal dengan kastil nya yang cantik. Praktis,
Jerman dan Ceko akan menjadi Negara ke-4 dan ke-5 dalam daftar kunjungan Travel
Wish List ku. Di bulan keberapa? Di bulan Desember, tepat saat 3 bulan 14 hari
aku disini, aku akan melangkahi kembali border negara Belanda dan menginjakkan
kaki di negara asal Oliver Kahn dan Pavel Nedved! Hehe…
Train Ticket to Duesseldorf - Germany :) |
Dan… Kembali aku berkata “God is Good!” saat pada suatu
malam tanpa sengaja obrolan isengku dengan seorang teman berubah menjadi sebuah
tiket di tangan. Ya, kami membicarakan mengenai rencana pergi ke Spanyol tahun
depan, namun tanpa tahu kapan tepatnya. Spanyol termasuk kedalam “tiga besar
negara wajib dikunjungi” dalam daftar Travel Wish List ku (setelah Perancis dan
Italia). Dan ternyata, obrolan iseng itu pun menggelitik tangan ini untuk
memainkan mouse menjelajah dunia maya, mencari-cari tiket pesawat termurah
untuk pergi kesana. Dan akhirnya angka €30 itupun menggedor adrenalinku. Ya,
€30 untuk tiket pesawat pulang-pergi ke Barcelona, Spanyol! Tanpa banyak
diskusi, aku sepakat dengan temanku untuk tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Bayangkan,
hanya €30 ditambah PPN dan Service fee total menjadi €42, alias sekitar
setengah juta rupiah saja sudah bisa PP ke Spanyol. Dan pilihan jatuh pada
bulan Januari 2013, di minggu ke-3. Tepat saat 4 bulan 10 hari aku disini, aku
akan melangkahi kembali border negara Belanda dan menginjakkan kaki di The
Matador, negara asal sang pujaan hati Cesc Fabregas dan para aktor lapangan
hijau yang super cute itu! Dan Spanyol akan menjadi negara ke-6 ku dalam kurun
waktu (Thanks God!) 4 bulan.
Begitulah, trimester pertama ku hidup di Belanda. Aku jalani
hari demi hari dengan selalu mengucap syukur pada Yang Maha Baik untuk setiap
hal dalam hidupku. Sempat ada teman di Indonesia yang bertanya padaku kemarin,
“Kamu ngapain merantau jauh-jauh ke Eropa, saat teman-temanmu disini sudah
mulai menikah satu persatu. Kalau kamu kerjaannya jalan-jalan melulu, kapan
cari jodohnya?”. Aku hanya tersenyum simpul dan menjawab, “Setiap manusia sudah
punya jodohnya masing-masing, nggak perlu dicari. Saat ini prioritas utamaku
adalah mencicipi Eropa. Siapa tahu kan nanti ketemu jodohnya secara kebetulan
saat traveling? Hehe…”
Tapi jujur, pertanyaan temanku itu lumayan menggelitik
naluriku untuk menyelipkan sedikit tambahan kedalam proposal Eurotrip ku. Aku
tidak minta yang muluk-muluk, hanya berucap “Tuhan, jika memang Engkau telah
menyiapkan jodoh untukku, aku ingin kami dipertemukan di sebuah perjalanan, di
tanah Eropa ini. Dan aku akan
sangat berterima-kasih jika dia adalah seorang pecinta jalan-jalan seperti
halnya aku.” :)
“I know
that if we give this a little time, it will only bring us closer to the Love we
wanna find…”
![]() |
(inspired by videoclip Lady Antebellum – Just A Kiss)
|